Jalan toll yang sedianya digunakan untuk menurunkan biasa distribusi logistik terancam gagal. Disadur dari detik finance, para sopir truk enggan masuk jalan toll karena biaya toll jakarta Surabaya saat ini mencapai 1 juta Rupiah (sumber:https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3914323/truk-pantura-ogah-masuk-tol-pengusaha-jkt-sby-tarifnya-rp-1-juta). Tentu saja itu jumlah yang signifikan karena tarif total Truk Jakarta Surabaya 6 juta rupiah.. Jumlah satu juta pun tentu sangat berarti bagi sopir truk. Saya pun sering memakai jalan toll baru yang sangat sepi pengguna. Jika dihitung hitung, biaya toll sedikit lebih mahal dibanding biaya BBM. Tentu ini sangat ironis.
Jika truk yang menjadi tulang punggung distribusi barang merasa tarif toll terlalu mahal. Trus apa gunanya bangun jalan toll. Yang lebih menyedihkan, belum selesaipun jalan toll ini sudah ditawarkan untuk dijual (sumber: https://finance.detik.com/infrastruktur/d-3712083/usai-diresmikan-jokowi-tol-becakayu-langsung-dijual ). Anda tentu tahu ini sebuah wacana kebangkrutan. Pertanyaannya siapa investor yang mau beli jalan toll yang sepi? Jika pun jalan toll tersebut ada yang mau beli, bisa jadi hitung2annya tentu tidak ada mau pembeli yang rugi. Sementara pemerintah tergesa - gesa menjual untuk bisa dapat uang cash. Jika pemerintah nekat jual rugi semua toll yang sudah dibangun. anda bisa perkirakan, berapa kerugian yang harus ditanggung negara ini, karena uang negara sebagian besar berasal dari pajak rakyat.
Berikut ini daftar jalan toll yang akan dijual (sumber: https://finance.detik.com/infrastruktur/d-3717183/ini-daftar-tol-waskita-yang-mau-dijual ):
Sementara dari data yang diterima detikFinance, 18 ruas tol yang dimiliki Waskita, baik yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan dan nantinya bakal dijual antara adalah
- Kanci-Pejagan 35 kilometer (KM), kepemilikan Waskita 77,69%
- Pejagan-Pemalang 57 km, kepemilikan Waskita 99,99%
- Ciawi-Sukabumi 54 km, kepemilikan Waskita 99,99%
- Pasuruan-Probolinggo 31 km, kepemilikan Waskita 99,99%
- Bekasi-Cawang-Kampung Melayu 21 km, kepemilikan Waskita 98,97%
- Kayu Agung-Palembang-Betung 112 km, kepemilikan Waskita 98%
- Cimanggis-Cibitung 26 km, kepemilikan Waskita 90%
- Pemalang-Batang 39 km, kepemilikan Waskita 60%
- Krian-Legundi-Bunder-Manyar 38 km, kepemilikan Waskita 55%
- Cibitung-Cilincing 35 km, kepemilikan Waskita 55%
- Solo-Ngawi 90 km, kepemilikan Waskita 40%
- Ngawi-Kertosono 87 km, kepemilikan Waskita 40%
- Semarang-Batang 75 km, kepemilikan Waskita 40%
- Cinere-Serpong 10 km, kepemilikan Waskita 35%
- Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi 62 km, kepemilikan Waskita 30%
- Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat 143 km, kepemilikan Waskita 30%
- Depok-Antasari 22 km, kepemilikan Waskita 25%
- Cileunyi-Sumedang-Dawuan 60 km, kepemilikan Waskita 15%
Melihat utang luar negeri pemerintah yang meningkat tajam, serta proyek jalan toll baru yang gagal total baik dari segi demand maupun financial, penting bagi rakyat ini untuk segera menghentikan akrobat proyek mercusuar ini. jangan hanya karena ini dikenang sebagai kerja kerja kerja, bangsa ini benar - benar menjadi bangkrut.
Saat ini banyak utang baru yang belum waktunya angsur saja, pemerintah sudah kalang kabut kehabisan uang. Bagaimana jika waktunya angsur utang utang baru dan pertumbuhan ekonomi masih seret? Jangan mau kita dibodoh - bodohi dengan slogan utang produktif, jika sekarangpun Indonesia sudah mulai kehabisan nafas. Cara termudah bagi rakyat untuk bereaksi adalah dengan tidak memilih Pak Jokowi menjadi presiden lagi di 2019. Cuku sudah segala pencitraan tersebut. Fakta diatas tidak bisa dibantah kecuali detik finance membuat hoax.
Ataukah saya harus menulis hoax membangun untuk memberi ketenangan pada rakyat, seolah semuanya baik baik saja?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H