Sebuah ketidakpercayaan muncul ketika benar-benar mencermati keadaan Indonesia saat ini. Betapa tidak, fakta-fakta yang menyedihkan masih banyak terjadi di negeri yang menurut syair lagu merupakan negeri yang ‘sejak dulu kala selalu di puja-puja bangsa’. Berikut fakta-fakta dan pertanyaan-pertanyaan menyindir yang seharusnya bisa menjadi bahan renungan bagi perbaikan bangsa ini:
“Katanya Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang sehingga potensi NaCl sangatlah besar”
Tapi kenapa Indonesia masih mengimpor garam dapur ±1 juta ton per tahun dari Australia?
Tapi kenapa Indonesia masih mengimpor tepung ikan dari Jepang?
Tapi kenapa Indonesia masih mengimpor KCl sebagai pupuk dari Austria dan Jerman?
“Katanya Indonesia dan brazil memiliki sumber daya hayati penghasil pati terbesar di dunia”
Tapi kenapa industri di Indonesia masih mengimpor etanol, padahal aren dan pohon palma lainnya merupakan penghasil nira paling produktif?
Tapi kenapa Indonesia mengimpor besar-besaran pembalut untuk perempuan, padahal bahan penyerap di dalamnya berasal dari pati?
“Katanya Indonesia adalah bangsa berbudi pekerti luhur, menjunjung tinggi kejujuran, dan mengedepankan gotong royong”
Tapi kenapa Indonesia masih tak bisa lepas menguasai papan atas klasemen negara terkorup?
Tapi kenapa setiap harinya tayangan seperti patroli atau sigap selalu tak kekurangan berita tentang pembunuhan, pemerkosaan, perampokan?
Pertanyaan-pertanyaan menyindir seperti yang diungkapkan di atas hanyalah sebagian kecil dari rentetan keprihatinan bangsa. Keprihatinan yang sebagian besar orang Indonesia ketahui, namun belum ada langkah-langkah signifikan untuk memperbaiki diri. Apa yang salah dengan negeri ini? Pertanyaan ini bisa dijawab dengan satu jawaban bijak, tidak perlu saling tuding siapa yang salah, segera saja perbaiki kesalahan tersebut.
Seorang ahli energi dari ITB, Dr.Tatang Hernas Soerawidjaja, pernah berkata yang berisi sindiran, “Sesungguhnya Tuhan itu adil. Tuhan tidak memberikan kekayaan alam pada Jepang dan Singapura, namun Tuhan ciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sebaliknya, Tuhan berikan kekayaan alam yang sungguh luar biasa banyaknya pada Indonesia, namun Tuhan berikan sumber daya manusia yang tidak berkualitas”. Pernyataan ini memang bukan fakta, namun hanyalah ungkapan keprihatinan beliau terhadap kondisi bangsa ini. Permasalahan utama bangsa ini adalah kemandirian. Ketika bangsa Indonesia sudah bisa mengolah dan memanfaatkan sendiri kekayaan alamnya tanpa campur tangan dan tekanan asing, niscaya mimpi untuk mencapai kesejahteraan yang merata akan semakin realistis.
“...hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya (Laskar Pelangi, hal.24)”. Andrea Hirata dalam novelnya memberikan nasihat yang sangat relevan untuk bangsa ini. Prinsip ini memang harus dimiliki terlebih dahulu sebelum bisa melangkah lebih jauh. Bertanyalah pada diri, apa yang sudah kita berikan untuk bangsa ini? Pertanyaan berbahaya yang masih banyak kita miliki adalah: apa yang telah bangsa ini berikan padaku? Koruptor tidak akan pernah hilang dari Indonesia sebelum pertanyaan ini hilang dari benak kita.
tag: iboldnewblogging
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H