Mohon tunggu...
Laser Narindro
Laser Narindro Mohon Tunggu... Dosen - Tidak bisa menilai diri sendiri

Hanya menuliskan apa yang ada dipikiran dan mencoba menyambungkannya dengan data dan fakta yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Fakta Pengelolaan Kekayaan Sumber Daya Air Untuk Kehidupan

21 September 2019   04:04 Diperbarui: 4 Oktober 2019   00:46 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Jasa ekosistem hutan mendukung ketahanan air, energi dan pangan. Diadaptasi dari Millenium Ecosystem Assessment, 200518 19 20 Sumber : Global Canopy Programme

Belum lagi setiap rumah (pemukiman) minim sekali jumlahnya yang membuat kolam serapan air, dikarenakan hampir semua rumah khususnya yang berada di area perkotaan, mayoritas tanah dirumahnya yang tersedia hanya digunakan untuk bangunan yang dilapisi oleh semen sehingga air tersebut tidak dapat terserap ke tanah dengan opetimal. sehingga air tersebut hanya terbuang ke saluran air. Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap manajemen sumber daya air minimal yang terdapat dalam area rumahnya, sehingga seakan akan terkesan "membuang" air ketika musim penghujan dan kesulitan air pada saat musim kemarau. 

Mayoritas air terbuang ke saluran air berupa got, sungai dan kali yang akhirnya bermuara ke laut sehingga terjadi pencemaran di laut dan merusak ekosistem hayati yang terdapat di laut. Bahkan tidak sedikit pula kejadian kebanjiran pada beberapa daerah, membuktikan bahwa memang sisa ruang wilayah yang tidak digunakan untuk pemukiman tidak siap untuk menampung debit air yang bergitu banyak sehingga harus meluap ke daratan dan dikarenakan juga karena penurunan lahan sehingga membuat air yang terdapat pada kali dan sungai meluap ke daratan dan terbuang percuma. 

Minimnya kolam retensi untuk tempat penampungan air hujan, air dari dataran tinggi (seperti gunung) sehingga air tawar tersebut terbuang percuma ke laut, bahkan pada saat tertentu daerah yang berada pada tepi pulau seperti di daerah Pantai Utara (pantura) pulau jawa tidak jarang terjadi musibah rob. Dikarenakan air laut tersebut mengalami ombak pasang sehingga air laut (air asin) tersebut naik ke daratan. 

Belum lagi kegunaan air yang digunakan untuk sektor pertanian, perkebunan serta untuk lingkungan dan ekologi. Penggunaan bagi lingkungan dan ekologi secara eksplisit juga sangat kecil namun terus berkembang. Penggunaan air untuk lingkungan dan ekologi meliputi lahan basah buatan, danau buatan yang ditujukan untuk habitat alam liar, konservasi satwa ikan, dan pelepasan air dari reservoir untuk membantu ikan bertelur. Seperti penggunaan untuk rekreasi, penggunaan untuk lingkungan dan ekologi juga termasuk penggunaan non konsumtif, namun juga mengurangi ketersediaan air untuk kebutuhan lainnya di suatu tempat pada suatu waktu tertentu. 

Sebenarnya Pemerintah Pusat dan Daerah telah berupaya untuk membuat embung air di beberapa titik berupa waduk dan danau buatan yang digunakan sebagai sumber air untuk masyarakat dan sektor pertanian. Bahkan ada juga Pembangkit tenaga Listrik yang tersumber dari air yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Akan tetapi pembangunan infrakstruktur terrsebut tidak SEMASIF seperti pembangunan infrastruktur jalan dan lain lain. Kecenderungan pembangunan untuk mem back up perusahaan besar (kapitalis) memang baik akan tetapi pembangunan infrastruktur untuk ketahanan air, pangan dan energi terbarukan harus di prioritaskan setelah itu baru pembangunan Sumber Daya Manusianya.

Lalu saya mencoba untuk mencari artikel untuk alternatif cara untuk bagaimana cara untuk dapat memenuhi ketersediaan air yang digunakan untuk masyarakat banyak. Dari beerapa artikel tersebut, saya temukan solusinya berupa pembuatan tandon atau kolam khusus air hujan. Dimana dari air hujan tersebut akan diolah menjadi air bersih dan layak konsumsi untuk masyarakat. 

Dikarenakan air tawar yang terdapat pada sungai dan kali sudah tercemar oleh bahan kimia dan bakteri serta semakin tergerusnya pasokan air dalam tanah (artetis) sehingga menimbulkan ide bagaiman cara menampung air hujan dalam volume yang banyak dan dibuatkan mesin atau alat untuk pengolahan dan pembersihan dari bakteri yang terkandung dalam air. Akan tetapi kendala penampungan air hujan ini membutuhkan lahan atau tempat penampungan air hujan yang besar sehingga ide penampungan air hujan ini hanya dapat dilakukan didaerah yang memiliki lahan kosong yang luas. Sebenarnya hal ini sudah dijalankan di komunitas sungai di daerah Sleman, Yogyakarta. Akan tetapi saya kurang mengetahui secara teknisnya. 

Sebenarnya, hal ini dapat saya "gali" lebih dalam lagi melalui kajian dari penelitian yang tersebar di dunia maya akan tetapi karena keterbatasan waktu saya dikarenakan saya memiliki pekerjaan lain sehingga bahan yang saya dapatkan masih minim sekali. 

Harapan saya, baik Pemerintah Pusat maupun Daerah, berupaya membangun infrastruktur untuk ketahanan air tersebut mengingat volume air yang terkandung dalam bumi terus tergerus dan digunakan oleh masyarakat. Seperti memperbanyak lahan untuk serapan air pada saat terjadi musim penghujan terutama di daerah perkotaan yang padat daerah pemukiman. Pembangunan embung air di beberapa titik akan menjadi pori pori untuk serapan air. Tidak hanya membangun infrastrukturnya saja akan tetapi mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) nya untuk diberikan keterampilan dan wawasan terkait Manajemen Sumber Daya Air (SDA). Hal ini harus dituangkan dalam sebuah regulasi terkait ketahanan air, pangan dan energi terbarukan yang layak dan dan terjangkau harganya (diusahakan untuk air dapat digunakan secara gratis) oleh masyarakat sesuai yang diamanahkan pada Pasal 33 Undang - Undang Dasar 1945. Setelah dibuat regulasinya, maka tugas Pemerintah Pusat dan Daerah selanjutnya adalah membuat Rencana Aksi Jangka Menengah dan Panjang terkait ketahanan air, pangan dan energi terbarukan tersebut. Setelah itu Pemerintah Pusat dan Daerah harus menjalankan program tersebut. Sebenarnya sudah banyak kajian terkait ketahanan air, pangan dan energi terbarukan tersebut, tinggal sejauh mana "Good Will" Pemerintah dan para Pejabat pengampunya untuk berani mengambil keputusan dan menjalankan program tersebut dengan mengenyampingkan kepentingan "pengusaha" nakal atau kontrak politik apapun.

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Global Canopy pun disebutkan bahwa untuk melakukan ketahanan pangan, air dan energi maka diperlukan Hutan. Dari hutan ini merupakan sumber produksi untuk pangan, air dan energi. Pemulihan hutan di aliran sungai pun merupakan upaya untuk mempertahankan produksi air sehingga pasokan air pun dapat bertambah secara alami. Dari air pun dapat digunakan untuk ketahanan pangan dan energi. 

Dimana dari air tersebut, dapat digunakan untuk mengairi wilayah pertanian dan perkebunan serta untuk penyimpanan air dalam tanah. Untuk ketahanan energi, air dapat digunakan sebagai sumber pembangkit listrik berupa PLTA dan menghasilkan energi panas bumi (geothermal) yang akan diambil uap panas bumi dan dikelola menjadi cairan (liquid) untuk bahan bakar dan digunakan untuk pembangkit listrik berbasis panas bumi .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun