Mohon tunggu...
raden kuswanto
raden kuswanto Mohon Tunggu... Buruh - saya hanya seorang yang mencoba menggambar apa yang ada di kepala saya dengan huruf, kata dan kalimat

saya dilahirkan di sebuah pulau di timur indonesia. diberi nama raden kuswanto dibesarkan di ujung timur pulau jawa.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

The Missing Link adalah Nol: #3

27 Maret 2023   16:19 Diperbarui: 27 Maret 2023   16:33 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akan sangat rugi jika semua itu tidak bisa membuat kita bertasih kepada Tuhan, padahal pada semua itu ada banyak malaikat tetap bertasih pada Allah subhanahu wata'ala, rugi jika kita tidak juga bertasbih bersama mereka. Akan sangat rugi jika semua itu tidak juga membuat kita untuk memuji Alllah subhanahu wata'ala. Ya Allah, tidaklah Engkau ciptakan semua ini sia-sia, Maha Suci Engku, Segala Puji Bagimu, dan lindungilah kami dari siksa neraka.

Kini kita tahu bahwa sujudnya malaikat kepada Nabi Adam alaihi salam dikarenakan Nabi Adam alaihi salam diberi pengetahuan akan nama-nama sekaligus sifat-sifat dari nama-nama, maka semua malaikat itu diperintahkan untuk tunduk bersujud kepada Nabi Adam alaihi salam. Dan bagi siapapun anak turun Nabi Adam alaihi salam, yang menguasai banyak ilmu, mengerti banyak sifat-sifat dari benda-benda / materi, mampu membuat sistem mekanis apapun itu, maka ia telah menundukan beberapa malaikat untuk mau bekerja untuknya. 

Oleh karena itu,  penting bagi kita untuk bisa menguasai banyak ilmu, menghapal banyak nama, mengerti sifat-sifat materi, sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah subhanahu wata'ala. Kita bertasbih dengan semua pengetahuan itu yang dikuasakan kepada kita, juga sebagai generasi penerus dari Nabi Adam alaihi salam. 

Kita harus berusaha dan berupaya menguasai ilmu pengetahuan, sebagai turunan dari Nabi Adam alaihi salam yang mana ilmu pengetahuan itu sampai pada mengenal malaikat, juga sampai kepada mengenal dan memahami Allah subhanahu wata'ala. Semua ilmu itu mengingatkan kita kepada Allah subhanahu wata'ala, dan terus mengingatkan saudara kita yang ilmunya hanya sampai pada zat / materi saja.

Malaikat-malaikat yang sujud kepada Nabi Adam alaihi salam adalah semua malaikat yang mengikat benda materi yang nama-namanya telah disebutkan olehnya tapi juga malaikat-malaikat yang tugasnya melakukan korespondesi / tatap muka / antar muka yang kita kenal jumlahnya sepuluh (Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, Ridwan, Malik, Rakib, Atid, Mungkar, Nakir, salam bagi semuanya). Kepada para nabi dan rasul malaikat itu diijinkan menampakan diri dengan rupa-rupa tertentu, tetapi kepada anak cucu Nabi Adam alaihi salam, hanya bisa dikenali ketika ia berfikir dan merenungkan semua yang telah terjadi atau sedang terjadi. 

Allah subhanahu wata'ala telah mencukupkan tanda-tanda mengenalNya kepada semua umat manusia yang terlahir ke dunia ini tanpa kecuali. Tanda-tanda mengenal Allah subhanahu wata'ala itu disampaikan oleh malaikat Jibril alaihi salam, tapi ketika unit terkecil dari malaikat Jibril alaihi salam datang, banyak dari kita tidak menyadarinya. Sebagai contoh berikut, dimana ada unit terkecil malaikat Jibril telah datang kepada kita.

"Di awal film Ratatouille ketika Remy menyelinap ke dapur lalu melihat acara televisi yang menayangkan Chef Gusteau, di situ Chef Gusteau berkata "Makanan baik itu seperti musik dalam hal rasa, dan warna dalam hal aroma ..." kemudian Remy memakan keju dan muncul animasi warna dan suara, lalu Remy memakan strobery juga muncul animasi warna dan suara, adegan dilanjutkan dengan Remy memakan keduanya bersamaan. "

Dari potongan adegan dalam film Ratatouille di atas, Sang Animator menggambarkan bahwa rasa itu seperti musik dan aroma itu seperti warna. Animator menyampaikan bahwa rasa itu tidak hanya, manis, asin, gurih, pedas, kemudian aroma itu tidak hanya wangi, harum, sedap, busuk. Lebih jauh yang disampaikan adalah dari rasa ke suara itu hanyalah tafsir, maka banyak kita temui tafsir dari rasa gula, manis, sweet, hulwun, amai, dan tafsir dari aroma tidak hanya sekedar harum, lalu semua harus mengatakan harum. Dari mana datangnya rasa, suara, aroma? 

Yang kita tahu, kita tiba-tiba sudah hidup, dengan dibekali dengan semua perangkat itu (indra) dan pernah belajar untuk mengendalikan tubuh kita. Dari mana kehidupan itu datang, kecuali dari sang Maha hidup yaitu Tuhan. Seperti apakah Tuhan itu?

Jawabnya tak terkira, tak tercitra, tak hingga, karena semua perangkat yang ada dalam dirinya kita berkerja terbatas, dan semuanya hanyalah tafsir. Indra kita tidak akan pernah mampu mengidentifikasi Tuhan, karena Tuhan yang Maha Besar / tak terbatas mustahil dijangkau oleh panca indra dengan kemampuan terbatas ( (j,k,l,m,n) = mustahil / impossible *j,k,l,m,n adalah batas atas atau batas bawah dari kemampuan lima indra, seberapapun kita meretas batas itu tetap saja vairabel / peubah itu masih terbatas). 

Maka mengapa kita harus bertuhan kepada Sosok, rupa? Kenapa kita harus bertuhan kepada sosok hanya hidup di jaman lampau atau jaman tertentu? Kenapa kita harus bertuhan kepada sosok yang terjebak di masa tertentu? Maka kita harus meninggalkan Tuhan-Tuhan yang seperti itu. Kita hanya boleh bertuhan kepada Ia yang Maha Besar, tak terbatas, tak tercitra, tak terkira.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun