Mohon tunggu...
raden kuswanto
raden kuswanto Mohon Tunggu... Buruh - saya hanya seorang yang mencoba menggambar apa yang ada di kepala saya dengan huruf, kata dan kalimat

saya dilahirkan di sebuah pulau di timur indonesia. diberi nama raden kuswanto dibesarkan di ujung timur pulau jawa.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

The Missing Link adalah Nol: #1

27 Maret 2023   14:16 Diperbarui: 27 Maret 2023   15:24 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artikel ini mungkin cukup panjang, sudah ada dalam bentuk e-book pdf, silahkan didownload pada link berikut ini atau link lainnya.  

The Missing Link adalah

The missing link adalah istilah yang digunakan dalam teori evolusi untuk menjelaskan relasi/hubungan antara individu pendahulu ke individu peralihan/perantara (the missing link ini) ke individu terakhir atau individu modern. Karena dalam teori evolusi menganggap bahwa mahluk sekarang ini atau individu sekarang ini berangkat dari sesuatu yang sama, karena menerima proses yang berbeda (seleksi alam) maka yang berhasil melewatinya, menjadi individu baru. 

Charles Darwin tidak secara jelas dan terang bahwa manusia berasal dari kera (homo sapiens dan saudara homo lainnya) hanya pada para penafsir pendapat Darwin-lah yang beranggapan bahwa dengan begitu "manusia bisa dikatakan berasal dari kera, sama dengan kera, kakek moyang manusia sama dengan kakek moyangnya monyet". "Piye gelem diomongne lek mbah-buyutmu podo karo mbahe kethek?". Susah juga mengelak dari penafsiran seperti itu, sama susahnya untuk tidak marah dikatain begitu. Orang yang berfikiran terbuka masih bisa menerima dan beranggapan mungkin saja bisa begitu, orang lainnya yang cuek "Anggepen wong gedeng, beres!".

Kenapa the missing link ini menjadi bermasalah? Kenapa the missing link ini menjadi masalah besar? Itu karena Charles Darwin menduga atau beranggapan bahwa proses terjadinya perubahan itu dengan sendirinya (seleksi alam). Jadi permasalahan itu ada pada proses pembentukannya yaitu seleksi alam. Gimana ya menjelaskan ini? Repot juga saya jadinya! Pakai perumpamaan saja, kita umpamakan makanan yang bahan dasarnya ketela pohon, kita sebut Ubi. 

Saat ini di meja sudah ada 3 jenis makanan dengan bahan dasar ubi, satu ubi bakar, dua ubi goreng, tiga ubi rebus. Ubi bakar adalah ubi yang proses masaknya dibakar. Ubi goreng adalah ubi yang proses masaknya digoreng. Ubi rebus adalah proses masaknya direbus. Yang jadi masalah adalah Darwin mengatakan bahwa proses bakar, proses goreng, dan proses rebus itu terjadi dengan sendirinya (seleksi alam), tidak ada koki yang memasak dalam prosesnya. 

Karena proses terjadinya dengan sendirinya, maka ada pertanyaan, untuk ubi bakar bolehlah ubi datang langsung bakar dalam bara api. Untuk ubi goreng dan ubi rebus, sebelum digoreng dan direbus, ubi itu harus dikuliti, karena proses terjadinya dengan sendirinya, seharusnya ada dong ubi yang tersisa belum sempat tergoreng ataupun terebus, atau seharusnya ada dong ubi yang terkuliti yang sebagian saja, apalagi belum sempat tergoreng atau terebus. 

Atau seharusnya saat ini ada dong ubi goreng atau ubi rebus yang setengah terkuliti, atau tergoreng dan terebus tanpa terkuliti. Ubi yang terkuliti dan ubi yang terkuliti sebagian yang belum sempat tergoreng ataupun terrebus adalah the missing link, karena Darwin mengatakan prosesnya terjadi dengan sendirinya. Seharusnya ada sebagian bukti dari sisa-sisa ubi yang gagal melewati seleksi alam (proses). 

Seandainya saja Darwin mengatakan dalam prosesnya ada koki yang memasak semua hidangan yang ada di meja, tentu saja pertanyaan tentang ubi yang hanya terkuliti atau terkuliti sebagian (the missing link) tidak akan muncul, atau tidak akan ditanyakan. Bahkan  bisa ditambahkan menu yang ada di meja, ada ubi bakar, ubi goreng, ubi rebus "semua bentuk ubi masih terlihat", ada jemblem, ada klepon, ada lemet "sudah tidak terlihat seperti dari ubi", ada gatot, ada oyek, ada tape, ada gethuk, dan seterusnya. 

Semua yang ada di meja ini berbahan dasar sama yaitu ubi, hanya sama koki dibuat berbeda-beda dan mulai proses yang berbeda-beda. Karena dalam prosesnya ada koki dibalik semua hidangan tersebut, maka tidak ada sisa, atau bahkan kotoran yang tersaji di meja makan, semua tersaji dengan sempurna, bentuk dan rasanya. Tentu saja si tape tidak akan marah dikatakan dari bahan yang sama dengan lemet ataupun jemblem dan semuanya.

Berangkat dari akar masalah yang sama dengan the missing link inilah sains atau ilmu pengetahuan ini bergerak. Dari akar yang sama ilmu pengetahuan modern bergerak selama  ratusan tahun sampai ke peradaban atau kehidupan modern saat ini. Pertanyaan akan asal-usul kehidupan ini menggiring kita melakukan penelitian dan pencarian selama ratusan tahun dan terus disambungkan dari generasi ke generasi sampai pada kita saat ini.

Karena itu pulalah saat ini ada banyak macam cabang ilmu pengetahuan, secara garis besar ada tiga jenis ilmu pengetahuan yang berusaha mengungkap asal-usul kekehidupan atau bahkan asal-usul jagat raya atau alam semesta.

Cabang-cabang ilmu itu meliputi Fisika, Kimia dan Biologi. Cabang ilmu sains inilah yang mencoba menjelaskan asal-usul alam semesta beserta kehidupan hingga bisa diterima oleh akal dan tertangkap oleh indra. Sedang cabang ilmu yang lain yang mencoba menjelaskan asal-usul kehidupan ini, misalkan sastra, bahasa atau agama hanya dianggap dongeng sehingga tidak bisa diterima oleh akal. Selain cabang ilmu sains jika ada yang mencoba menjelaskan asal-usul kehidupan maka itu diberi label tidak logis, dicap khayalan.

Asusmi Ilmu pengetahuan dan teknologi

 Ilmu pengetahuan saat ini yang kita pelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah di seluruh dunia ini, berangkat dari akar masalah yang sama. Orang-orang yang kita sebut ilmuan atau para ilmuan ini atau bahkan kita, saat ini beranggapan sama, yaitu menganggap bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini, perbendaharaannya, tanah, air, udara, hewan, tumbuhan, planet, bintang, matahari, bulan, meteor, komet dan seterusnya, semua berawal dari tidak ada (NOL atau KOSONG).

Dan Ilmu pengetahuan bekerja berdasarkan asusmi itu, dan berusaha membuktikan asumsi itu dengan membuat teori bagaimana itu terjadi?, bagaimana itu bisa bergerak?, bagaimana itu bisa berubah? Maka dalam buku ini atau artikel ini, saya mengajak semuanya saja untuk meninjau ulang asumsi kita bahwa semua berawal dari nol. Jangan-jangan selama ini anggapan kita salah? Lalu kenapa kita meninjau ulang anggapan kita bahwa semua ini berawal dari nol (kosong / tidak ada). 

Bukankah jika ada botol kosong hampa udara yang tertutup rapat tanpa ada celah untuk partikel masuk, maka selamanya botol itu tidak akan pernah ada isinya sesuatu apapun. Anggapan bahwa semua berawal dari nol atau kosong inilah yang saya maksud sebagai the missing link dalam buku atau artikel ini. Meninjau asal mula kita mengembara dalam ilmu pengetahuan tidak ada salahnya seperti saya meninjau ulang definisi dari nol itu sendiri. 

Sebelum kita menelaah atau meninjau ulang lalu mengajukan asumsi atau bahkan teori baru, ada baiknya kita melihat lagi capaian ilmu pengetahuan atau sains saat ini. Sudah sejauh mana sains saat ini bergerak. Sudah seberapa dekat ilmu pengetahuan ini bisa merumuskan asal-usul kehidupan dan alam semesta. Hal ini kita perlukan supaya kita bisa mengukur seberapa jauh nanti kita harus mengejar, atau jika itu salah arah kita bisa memperkiraan jarak dan waktu yang kita perlukan untuk kembali.

Capaian Fisika, Kimia dan Biologi

Fisika dan capaian fisika, fisika adalah cabang sains yang mempelajari tentang materi atau benda-benda. Cara kerja fisika dengan mengamati benda-benda di sekitar kita, kemudian sampai pada simpulan bahwa benda-benda di sekitar kita digolongkan atas tiga kelompok besar yaitu padat, cair dan gas. Kemudian mengamati bentuk dan dimensi dari sebuah benda lalu diukur. Maka fisika sampai pada besaran dan satuan ukur. Pengukuran dilakukan untuk mengambarkan secara presisi dari sebuah benda, pajang, lebar dan tinggi, massa benda, konsentrasi yang mempengaruhi benda, volume, suhu dan perubahan bentuk dan dimensinya. 

Fisika juga mengamati bagaimana sebuah benda atau materi mempengaruhi benda atau materi lain. Hingga pengaruh itu bisa membuat sebuah benda bergerak satu dengan yang lainnya. Fisika juga menghitung jarak dan waktu pergerakkan dari sebuah benda. Sampailah fisika pada teori tentang gerak benda dan merumuskan pergerakkan benda. Dan rumus gerak yang ada saat ini sudah cukup presisi meramal pergerakan benda dan posisi benda tersebut terhadap benda lain ataupun pengamat dari pergerakan benda tersebut. 

Fisika yang seperti ini dikenal dengan fisika mekanik, atau cukup disebut mekanika. Kemudian ilmu fisika atau ilmu materi ini juga bergerak ke dua arah berdasarkan besar dan kecilnya materi. Fisika yang mengamati benda-benda besar bahkan sangat besar sampai planet, bintang dan galaksi kita kenal dengan fisika makro, sedangkan fisika yang mengamati seberapa kecil materi, hingga materi tersebut sudah tunggal dan tidak bisa dibagi-bagi lagi disebut fisika mikro, atau populer dengan sebutan fisika kuantum.

Fisika kuantum adalah fisika yang mengkhususkan diri mengamati benda atau zat sampai pada ukuran yang sangat kecil sehingga tidak mungkin benda itu untuk dibelah lagi atau dipotong lagi dan disebut dengan nama atom. Tetapi kemudian juga menemukan ada fenomena bahwa mungkin masih ada partikel subatom di dalam atom. Jadi atom masih tersusun lagi dari subatom, dan terdiri dari tiga jenis yaitu, proton atau inti atom, bermuatan positif, kemudian ada neutron bermuatan netral dan besarnya hampir sama dengan proton, dan yang ketiga adalah elektron, massanya 1.800 kali lebih kecil dari masa proton dan bermuatan negatif. 

Elektron ini mempunyai sifat merespon terhadap cahaya, jadi ketika ada cahaya datang menyinari atom, maka elektronnya melompat dari atom tersebut. Kita buat perumpamaan saja ya, biar mudah menjelaskan, jadi atom itu seperti kolam ikan, proton dan neutron itu menentukan dimensi dari atom (panjang, lebar, tinggi atau satu paket volume atom) sedangkan elektron itu adalah ikan-ikan yang berenang dalam atom. Ketika ada makanan (cahaya) maka ikan-ikan (elektron-elektron) itu melompat-lompat berebut makan itu. Mungkin seperti itu perumpamaan partikel subatom di dalam atom.

Fisika makro adalah fisika yang mengamati benda atau zat yang ukurannya besar bahkan sangat besar, sampai pada planet, bintang, galaksi dan mencoba membuka rahasia dari jagat raya. Fisika makro mengamati benda yang tampak, bagaimana benda itu, hingga merumuskan bagaimana benda itu bisa bergerak atau digerakkan. Bagaimana sebuah benda bisa bergerak? Kemudian bagaimana posisi benda bergerak terhadap benda lain yang juga bergerak? Teori yang digunakan untuk menjelaskan fenomena tersebut adalah teori gravitasi dari Newton dan juga pembaruan dari Einstein yaitu teori relativitas.

Teori relativitas digunakan untuk menerangkan gerak benda terhadap benda lain ataupun terhadap pengamat, baik pengamat yang diam ataupun pengamat yang juga bergerak. Kemudian untuk menjelaskan bagaimana kita bisa berdiri di bumi tanpa terbang melayang-layang, atau istilahnya gravitasi, maka Enstein mengajukan teori bahwa "Benda karena ukurannya yang sangat besar, maka ia akan melengkungkan dimensi ruang dan waktu. Itulah sebabnya mengapa kita tersedot, berdiri di bumi. Sebab ruang yang melengkunglah kita bisa berdiri dimanapun kita menginjakkan kaki di bumi. 

Itulah capaian ilmu fisika saat ini, ini hanya ringkasan kecil dari semua capaian ilmu fisika, untuk memahaminya lebih dalam silahkan untuk mencari dari sumber lain. Artikel hanya berisi gambaran umum saja, dan ditujukan untuk dibaca oleh semua kalangan. Mungkin ada banyak perbedaan dalam pengilustrasian dengan ilmu fisika murni.

Kimia, kimia adalah lanjutan dari fisika yang mengamati lebih dalam tentang materi atau zat.  Kimia mengamati sebuah materi, kemudian merumuskan struktur pembentukannya, menentukan sifatnya, membuat susunan strukturnya, dan perubahan materi tersebut. Semua dilakukan dari tingkat atom atau unsur terkecil, hingga mencoba merekayasa pembentukan materi baru, atau pemurnian materi yang sudah ada. Permurnian diperlukan karena hampir sebagian besar unsur di bumi ini ditemukan dalam bentuk campuran, bukan unsur murni. 

Materi di alam dalam bentuk campuran atau istilah dalam kimia disebut dengan senyawa / molekul, diteliti atau diamati kemudian ditemukan bahwa materi tersebut tersusun dari beberapa unsur murni. Kimia kemudian mencoba memecah senyawa tersebut hingga bisa diindetifikasi unsur murni penyusun senyawa itu. Kemudian dari unsur murni yang diidentifikasi kemudian kimia mencoba merumuskan sifat-sifat dari unsur tersebut. Kimia juga mencoba merumuskan sifat-sifat dari senyawa atau molekul alam, kemudian mencoba memanfaatkannya. 

Kimia juga telah mencoba membuat senyawa baru, menguji sifatnya dan menfaatkannya. Dan hari ini, kita tidak bisa lepas dari senyawa-senyawa baru yang telah dibuat dalam laboratorium kimia. Sebuah kemajuan yang luar biasa dalam bidang kimia.

Biologi, biologi adalah bagian dari cabang ilmu sains yang mempelajari tentang mahluk hidup. Sebetulnya tidak hanya mahluk hidupnya saja yang dipelajari dalam biologi, tetapi juga hal-hal yang menyangkut tentang kehidupan ataupun sesuatu yang menyokong kehidupan. Biologi mengamati mahluk hidup hingga pada tingkat terkecil penyusun mahluk hidup atau kita sebut sel. Biologi sudah mengungkap bahwa ada mahluk hidup yang terdiri dari satu sel saja.

Mahluk hidup mikro ini biasa disebut dengan bakteri. Bahkan ada mahluk lebih kecil dari itu,dikenal dengan sebutan virus. Biologi juga sudah pada tingkat bisa mampu menduplikasi mahluk hidup dengan teknik yang diberi nama kloning. Jika kloning menduplikasi mahluk hidup itu utuh seperti mahluk yang dijadikan sumber kloning, saat ini biologi telah mampu mengembangkan hanya sebagian jaringan, organ dari mahluk hidup. Teknik ini dimaksudkan untuk mengembangkan daging hewan, tanpa mengembangbiakan hewan tersebut.

Itulah sedikit tinjauan tentang sains (Fisika, Kimia, Biologi). Tentu saja hanya sebuah cuplikan kecil dari pencapaian besar sains. Saat ini perkembangan dari ketiganya, telah menciptakan sesuatu yang baru yaitu teknologi. Dengan adanya teknologi, perkembangan sains mengalami lompatan besar. Dengan teknologi komputasi, perhitungan dan perkiraan menjadi lebih mudah. Pengumpulan data lebih cermat dan sesorang yang datang kemudian, tidak perlu melakukan pengamatan dari awal lagi, mereka cukup menggunakan data pengamatan dari peneliti sebelumnya yang sudah dibukukan atau dikomputerisasi.

Rumus universal terciptanya mahluk hidup dan jagat raya

Lalu pertanyaannya adalah, sejauh mana sainstek ini bisa membuktikan bahwa semesta atau jagat raya ini dimulai dari nol? Atau sedekat apa sainstek ini pada bukti bahwa kehidupan ini dimulai dari nol atau terjadi dengan sendirinya? Menurut saya sih sudah sangat dekat, sainstek saat ini sudah sangat dekat dengan pembuktian bahwa semesta alam atau kehidupan ini dimulai dari nol atau terjadi dengan sendirinya. 

Kemudian syarat apa yang diperlukan untuk mencapai bukti bahwa semesta alam, atau kehidupan itu terjadi dengan sendirinya? Yang dibutuhkan sainstek saat ini untuk membuktikan bahwa semesta ini dan kehidupan ini terjadi dengan sendirinya adalah sebuah rumus gerak atau rumus mekanika gerak. Bukankah sudah ada rumus itu di fisika? Iya memang sudah ada, tapi yang diperlukan adalah sebuah rumus satu untuk semuanya. Dan rumus yang ada saat ini belum cukup untuk menjelaskan gerak partikel pada fisika kuantum. Lalu rumus seperti apa yang diperlukan untuk menjawab atau membuktikan bahwa semesta dan kehidupan ini terjadi dengan sendirinya?

Maka gambaran rumus yang diperlukan untuk menjawab atau membuktikan bahwa memang benar alam semesta ini terjadi dengan sendirinya adalah rumus mekanika atau rumus gerak partikel dimana rumus ini bisa menentukan pergerakan partikel, sehingga pergerakkan partikel ini mempengaruhi materi secara relatif mengembang atau menyusut membentuk atom. Dengan rumus ini, turunan atau integralnya bisa menghitung atau menentukan kapan partikel atau atom itu bergerak, kapan atom itu dengan atom yang lain saling memicu membuat ikatan membentuk senyawa. 

Kemudian dengan turunan atau integral dari rumus mekanika itu, senyawa-senyawa itu mulai membuat ikatan dan berkelompok menjadi makro melekul. Rumus ini, integral atau turunannya kita bisa tahu kapan materi itu saling mengikat, menarik, berkumpul, menyatu menjadi materi besar, sangat besar hingga mempengaruhi materi lain supaya tetap di dekatnya (gravitasi). Rumus ini, integral atau turunannya bisa menghitung batas dari gaya tarik sebuah materi, sehingga itu yang menyebabkan semesta ini terus mengembang. 

Dengan rumus ini, integral atau turunannya kita bisa tahu ujung dari jagat raya, meskipun belum bisa kita indra dengan teleskop sekalipun, karena dengan rumus mengembang dan mengukur waktu reaksi partikel dan materi kita bisa menghitung sejauh mana jagat raya telah mengembang. Dengan rumus ini, integral atau turunannya kita bisa mengetahui posisi dari sebuah partikel terhadap atom, terhadap molekul, terhadap bumi bahkan terhadap jagat raya. Karena ujung jagat raya sudah bisa kita ramalkan dengan  rumus ini atau dengan integral atapun turunan dari rumus ini.

Rumus mekanika atau rumus gerak ini, turunan atau integralnya kita bisa tahu mengapa, kapan, dimana, atom membentuk senyawa protein pertama kali, lalu senyawa protein ini mulai menarik materi lain. Dengan rumus itu pula, turunan atau integralnya protein itu mulai bergerak, menarik materi atau senyawa lain. Kemudian terungkaplah saat kapan pertama kali mahluk hidup ini ada. Dengan rumus ini, integral atau turunannya rumus ini, kita bisa menghitung dengan pasti kapan sebuah protein bergerak membentuk sel, organ dan seterusnya hingga terjadilah mahluk hidup dengan multi organ.

Dengan rumus ini, integral atau turunannya kita bisa tahu pasti kapan sebuah mahluk hidup itu berubah dan perubahan itu pasti berhasil dan kapan perubahan itu akan berhenti. Sehingga tidak ada lagi pertanyaan tentang "the missing link". Seberapa dekat kita dengan rumus tersebut? Atau seberapa dekat sainstek membuat rumus itu? Saya kira cukup dekat, mungkin hanya butuh beberapa langkah saja

Bukti Tuhan tidak ada atau tidak diperlukan dalam terciptanya jagat raya

Jika ada rumus gerak atau rumus mekanika, yang apabila integral atau turunan dari rumus mekanika itu bisa menjelaskan dimana posisi sebuah partikel terhadap jagat raya. Turunan atau integralnya bisa menjelaskan bagaimana bumi, planet dan bintang bergerak. Turunan atau integralnya atau rumus ini bisa menghitung secara presisi ujung dari jagat raya,  maka :

Pada saat itu, terbukti bahwa semua berawal dari nol, yang artinya peran Tuhan tidak dibutuhkan pada asal-usul jagat raya. Terbukti bahwa Tuhan itu tidak ADA.

Tunggu dulu! Benarkah hanya butuh beberapa langkah saja? "Sek, sek, jek adoh opo wes cedek yo!" Saya kira tadi sudah cukup dekat, tapi beberapa langkah itu butuh waktu berapa lama? Waduh saya tidak tahu, meskipun hanya beberapa langkah saja, jika hanya diam saja, maka selamanya juga gak akan sampai. Hehehehe! Ya sapa tahu kamu mau bantu gitu! Bukannya sudah banyak para ilmuan sudah meneliti, sedang meneliti, mau menenliti saat ini. Biarlah itu menjadi urusan para ilmuan saja. Hmm.. repot lek wes ngene iki. Yo wes terserah kamu saja, iki lanjut moco opo ora iki? Tak teruske, engko mbok woco opo ora?

"Tak teruske, bah bah mbok woco opo ora. Iki tetep tak teruske emboh engko dadi opo."

Saya kira cukup, untuk memotret atau mencuplik ilmu sains dan teknologi, dan kita sudah sama-sama tahu, sudah sama-sama rasa semua pencapaian sains dan teknologi saat ini. Rasa-rasanya kita mati jika hidup tanpa produk dari sains dan teknologi. "Hampa kurasa hidupku tanpa sainstek", "Gak bisa apdet statuslah, gak tahu harus ngapain lah", "Bosan, bete, hjkl;'[]", "Pokoknya aneh aja!". Padahal kenyataanya hanya rebahan, dan gak jelas hidup mau ngapain. Kembali ke potret dan cuplikan sainstek, pokoknya kamu sudah lebih paham rasanya, meskipun tidak tahu itu apa. Tapi yang namanya cuplikan, atau potret, jelas beda dengan kenyataan.

Itulah sains dan teknologi saat ini, semua yang kita rasakan adalah produk dari sainstek. Semua yang ada saat ini berawal dari anggapan bahwa segala sesuatu yang ada saat ini berawal dari nol, atau tidak ada, kemudian manusia mulai mengamati, mengidentifikasi, merumuskan sifatnya. Selanjutnya manusia mencoba memanipulasinya terjadilah produk-produk sainstek saat ini. Semua berawal dari anggapan bahwa segala sesuatu dimulai dari tidak ada, dan mencoba menerka bagaimana itu bisa terjadi. 

Kemudian munculah teori-teori yang menebak-nebak awal mula terjadinya alam semesta. Teori yang berspekulasi mencoba menjelaskan, O... mungkin semesta itu berawal seperti ini. Kehidupan awalnya seperti ini, dan masih banyak lagi teori yang mencoba menjelaskan asal-usul kehidupan atau alam semesta. Ada yang berangkat dari asumsi, kemudian mengamati dan menguatkan akan asumsinya dan membuat teori. Ada yang mengamati kemudian berteori. Semua teori itu mencoba menjelaskan bagaimana awal mula jagat raya terjadi dengan sendirinya atau berangkat dari nol.

Sampai saat ini sains dan teknologi tidak bisa mengatakan bahwa  Tuhan tidak ada.

Bahwa keberADAan akan tuhan harus bisa dibuktikan oleh sains dan teknologi, dengan syarat-syarat bahwa Tuhan itu harus bisa diamati atau dideteksi, diterima rangsang atau responnya dan seterusnya, Tuhan itu harus terukur untuk bisa diakui dalam sains dan teknologi. Sebutan mudahnya adalah Tuhan itu harus bisa didengar, dilihat, diraba, dirasa, dicium dengan ataupun tanpa alat bantu sains teknologi. Hal ini berarti bahwa TUHAN itu harus mencukupi syarat dan metode sains untuk bisa dikatakan ada. Dengan adanya syarat dan metode dalam sains dan teknologi yang berlaku mutlak, maka sesungguhnya syarat dan metode mutlak dalam sains dan teknologi berlaku tertutup ("cover" / "kafir").

Syarat dan metode dalam sains dan teknologi yang menjadikannya gengsi akan meninjau ulang syarat dan metode itu. Syarat dan metode itu yang menjadikan sains dan teknologi enggan untuk menyatakan Tuhan itu ada, atau setidaknya mengakui mungkin Tuhan itu ada karena belum ditemukannya rumus mekanika di atas. Tetapi dengan syarat dan metode sains itu menjadikannya angkuh, menutup diri dan sibuk membuktikan bahwa segala sesuatu di jagat raya ini dimulai dengan nol atau tidak ada.

Padahal dalam syarat dan metode dalam sains, sampai saat ini belum satu manusia pun, bahkan manusia yang paling jenius sekalipun, bahkan satu bangsa atau seluruh manusia di bumi dan kolong langit ini, sepanjang jaman yang telah berlalu yang berhasil atau mengaku mampu mengambar suara dengan tepat atau presisi. Bukti bahwa pada zaman, pada era, pada bangsa, adanya gambar akan suara yang berbeda-beda (tulisan atau huruf atau sastra)adalah Fakta gambar akan suara hanyalah sebatas tafsir maka kita temui banyak ragam tulisan di dunia saat ini, bahkan pada era atau jaman yang telah berlalu.

Dan hampir seluruh umat manusia di dunia menganggap itu adalah sebuah kebenaran bahkan mendebatkannya. Tulisan saya sebelumnya tentang "Balada : Menemani akal mencari tuhan", "Balada : Menemani akal mengilustrasikan tuhan", mungkin perlu dibaca jika diperlukan untuk penjelasan tambahan. "kikikik, kamu tersinggung? Marah? 

Mau mencoba menggambar suara, melukiskan rasa? Jajalen! Kwokwokwok!"
Sepanjang jaman, sepanjang waktu yang telah berlalu, sampai saat inipun tidak ada satu manusiapun yang mampu mengambarkan suara dengan presisi ataupun sebaliknya. Bahkan untuk semua indra seandainya terpisah dari kepala ini, tidak ada satupun yang akan akur, atau saling percaya.

Entah kenapa sains dan teknologi enggan mengakui bahwa secara sains dan teknologi, mereka tidak bisa menyatakan bahwa tuhan itu tidak ada, tetapi mereka semakin larut dengan rumusan-rumusannya, temuan-temuannya, manipulasi-manipulasi dari hasil menurunkan sifat-sifat akan materi. Tetapi mereka lupa akan tujuan awal mereka bergerak sampai saat ini, bahwa mereka harus punya bukti yang pasti bahwa tuhan itu tidak ada. Bahwa semua berawal dari nol atau tidak ada, dan mereka seolah lupa membuat pernyataan "sampai saat ini Kami (sains dan teknologi) tidak bisa membuktikan bahwa tuhan tidak ada. 

Bahkan kelupaan mereka, ilmuan-ilmuan mereka, lupa membuat pernyataan itu sampai kematian menjemputnya. Dan kita dijejali dengan ilmu-ilmu mereka, teori-teori mereka, tetapi juga guru-guru kita lupa menyampaikan apa yang harusnya dinyatakan oleh para ilmuan sains itu, dampaknya dunia saat ini tertutup (cover/kafir) akan tuhan. Atau sebagian manusia bertuhan tapi tidak yakin. Bertuhan tapi hanya urusan ibadah syariat. Bertuhan hanya sebatas pintu rumah ibadah.

Metode tertutup sains dan teknologi

Dalam syarat dan metode dalam yang digunakan untuk memastikan sesuatu itu bisa terukur, teramati, dengan dilihat bentuknya atau warnanya, didengar suaranya, diraba teksturnya, dirasa akan rasanya, dan dicium aromanya kemundian diturunkan sifat-sifatnya atau dirumuskan sifat-sifatnya baru kemudian bisa dikatakan saintifik. Akan tetapi dalam metode yang digunakan itu juga gagal memastikan satu dengan yang lain. Misalnya sains tidak bisa memastikan jika warna merah itu pasti panas rasanya, atau biru pasti dingin, atau jika merah itu pasti manis rasanya, sedangkan hijau pasti pahit rasanya, dan seterusnya. 

Bahwa suara sesuatu tidak bisa dipastikan warna, rasa, tekstur dan aromanya, warna dan bentuk sesuatu tertentu tidak bisa dipastikan suara, aroma, tekstur dan rasanya. Dan semua yang bisa diidentifikasi oleh salah satu indra, maka indra yang lain tidak bisa memastikan bahwa bentuknya pasti ini, suara seperti ini, rasa ini, aroma ini, dan tekstur ini. Maka perangkat yang digunakan dalam sains yaitu syarat dan metode supaya sesuatu itu dikatakan sainstifik gagal untuk saling memastikan satu sama yang lain.

Lalu mengapa gelombang asumsi yang dibesar-besarkan, didengung-dengungkan dalam sains adalah "Tuhan tidak ada karena tidak ada bukti keberadaannya yang bisa ditangkap oleh indra (semua indra atau salah satu saja)". Sains mengambil istilah hukum alam bukan hukum tuhan hanya karena tidak mau mengakui keberadaan tuhan. Mengapa sains bergerak bahwa segala sesuatu berawal dari nol dan sibuk membuktikan bahwa tuhan tidak ada. Fakta bahwa sains tidak bisa membuktikan bahwa tuhan tidak ada tidak pernah diakui, sains tidak pernah mau menyatakan bahwa mereka juga belum bisa membuktikan bahwa tuhan tidak ada. 

Tidak pernah ada pernyataan seperti itu dalam buku-buku sains. Apakah dengan menyatakan bahwa sains tidak punya bukti bahwa tuhan tidak ada, adalah sebuah kehinaan? Atau apakah jika menyatakan itu "bahwa tuhan itu ada" sudah cukup tidak perlu penjelasan lagi, sains berhenti tidak perlu ada pengamatan, peneletian, pencarian?

Sekarang mari melihat diri kita (Aku dan Kamu juga Kalian semua) sebagai kelompok besar penikmat, atau yang terdampak akan produk-produk dari sains dan teknologi. Akankah kita masih akan tetap larut dalam yuforia (uforia), ingar-bingar, gegap-gempita sebagai penikmat produk-produk teknologi, tanpa ada tanggungjawab untuk membuktikan bahwa tuhan itu beneran tidak ada? Apakah cukup tanggungjawab pembuktian itu hanya diambil oleh para peneliti, para ilmuan sains saja? Bukankah sampai saat ini sains juga gagal membuktikan bahwa tuhan itu tidak ada? 

Bukankah seharusnya sains itu berjalan dengan bertuhan, dan hanya boleh sains tidak bertuhan jika, bukti bahwa tuhan itu tidak ada sudah ditemukan? Lalu mengapa kamu melilih tidak bertuhan? Lalu mengapa kamu bertuhan hanya sebagian-sebagian, bertuhan untuk urusan tertentu, kemudian tidak bertuhan untuk urusan lain? Akankah kita bertuhan hanya untuk ibadah saja, sedangkan untuk jual-beli, pinjam-meminjam, tolong-menolong, berteman, bersosialisai tuhan bisa kita tiadakan? 

Akankah kita tidak bertuhan seperti ilmuan sains sampai kematian menjemputnya? Bukankah sains ini telah berlalu beberapa ratus tahun tetapi tetap saja tidak bisa membuktikan ketidakberadaan Tuhan? Apakah kita akan terus menganggap bahwa waktu itu adalah jam dinding, jam tangan, jam digital? Bukankah itu semua (jenis-jenis jam) hanyalah alat pengukur waktu, sedangkah waktu itu sendiri tidak pernah bisa kita tangkap dengan indra? Apakah sebelum jam ditemukan waktu tidak ada? 

Apakah jika kita tidak dapat melihat jam (jam tangan, jam dinding, jam digital, gedung jam, tower jam, dst) kita bisa mengatakan waktu tidak ada? Seperti jam dengan waktu itukah anggapan kita terhadap Tuhan? Haruskah kita butuh jam untuk mengatakan bahwa waktu itu ada? Haruskah Tuhan itu terukur selayaknya waktu dengan jam? Apakah hanya karena kita bisa merasakan siang-malam, pagi-sore, panas-dingin kemudian kita mengatakan waktu itu ada?

Bagaimana jika berada di dasar samudra yang gelap gulita, cahaya tidak pernah sampai di sana, apakah waktu di sana tidak ada? Ataukah di angkasa tempat meteorit dan benda-benda angakasa yang tidak terkena siang malam, apakah waktu di sana tidak ada? Apakah harus saya keluarkan semua pertanyaan yang ada di kepala ini? 

Jawablah semua pertanyaan di atas dengan jujur! Dimanakah posisi Kamu saat ini? Setelah tahu tidak mungkin bagi kita, bagi sains, dan semua untuk tidak bertuhan. Kita harus bertuhan, sains harus bertuhan semuanya harus bertuhan. Sains wajib bertuhan karena sampai saat ini sains belum bisa membuktikan bahwa Tuhan tidak ada. Maka mulai saat ini sains harus berjalan dengan bertuhan. Kemudian akankah kita tetap enak-enakan sebagai konsumen produk-produk teknologi, tidak mau bertuhan dengan sungguh-sungguh? Tahukah Kamu, saat ini Kamu dalam posisi terancam?

Maka pastikan dimana Kamu berdiri saat ini. Mungkin Kamu tidak tahu dimana posisi keterancamanmu, atau memang Kamu tidak peduli. Seharusnya kematian itu cukup untuk mengingatkan Kamu akan tuhan. Seharusnya kematian itu adalah peringatan yang sangat keras. Kematian akan orang-orang didekatmu, kematian orang-orang terdahulu, kematian para saintis yang gagal membuktikan ketidakadaan akan tuhan. Seharusnya itu sudah cukup untuk membuatmu mengalah dan bersiap diri akan hari setelah mati. 

Masihkah Kita (Aku dan Kamu)  tetap angkuh, sombong, memaksa dan mensyaratkan bahwa tuhan itu harus bisa kita indra? Padahal saat ini kita sadar dan mengerti bahwa, "Waktu" itu kita yakini dengan sangat yakin tetapi tidak ada satupun dari indra kita yang mampu menangkapnya. Jika dengan "Waktu" kita bisa berdamai, mengapa kita masih angkuh terhadap Tuhan. Maka pilihan tidak bertuhan, atheis, agnostik, atau apapun itu istilahnya adalah perjudian yang sangat buruk.

Belum pernah tercatat satupun yang pernah menang, sedangkan ancaman kematian itu adalah pasti. Pilihan berdamai dengan ketidakpastian, dan menundukkan diri akan ketidaktahuan adalah pilihan terbaik. Seharusnya cukup bagi kita untuk sujud menyerahkan diri kepada Tuhan akan ketidakpastian, seharusnya cukup bagi kita untuk bersujud dan mengakui keterbatasan pengetahuan kita. Kesombongan dan keangkuhan tidak akan menolong kita dari hari kebangkitan. 

Pilihan dan Dampak dalam bertuhan

 
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

lanjut ke bagian #2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun