Mohon tunggu...
Denison Wicaksono
Denison Wicaksono Mohon Tunggu... -

simpel, gak ribet @denizone

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Masih Ada Harapan untuk Pergelaran Locstock #3

28 Mei 2013   00:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:56 1993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sabtu malam, 25/5 sekitar pukul 23:00 sambil menyeduh segelas kopi Kapal Tanker yang saya bawa dari Tanjung Pinang, saya mengaktifkan  internet di HP dan mengaktifkan Whatsapp dengan satu tujuan: mengabari kolega saya, Khemal Landau -yang ketika itu sedang di Borneo- bahwa saya sedang mencicipi kopi khas daerah asalnya, Kepulauan Riau.

Setelah koneksi internet di HP sudah nyambung, saya segera mengontak Khemal dan mengobrol asyik-masyuk melalui whatsapp tentang kenikmatan kopi khas budak melayu ini.

Tiba saatnya muncul kata ‘by the way…’ dari Khemal, dia menceritakan bahwa pelaksanaan Locstock #2 di stadion Maguwoharjo Sleman Yogyakarta terjadi kekacauan. Saya sendiri tidak tahu maksud kacau itu seperti apa. Tanpa berpikir panjang, saya langsung beralih media sosial Twitter untuk sekedar stalking dan cari informasi kekacauan apa yang dimaksud.

Saya menemukan beberapa twit umpatan, makian dan keluhan (apapun namanya) tentang penyelenggaraan event Locstock #2 di lini masa. Dari beberapa twit yang ada, saya bisa menangkap bahwa ternyata ada beberapa pengisi acara yang memutuskan untuk tidak jadi tampil di pergelaran terbesar dan bergengsi di Yogyakarta ini. Alasannya? Saya temukan beberapa twit yang menyatakan bahwa adanya ketidakjelasan mengenai pembayaran fee / honor pengisi acara dan parahnya, uang dibawa kabur ketua panitia. Whatttt???

Saya langsung berpikir. Separah itukah penyelenggaraan Locstock #2 ini?

Saya ingat betul, pergelaran Locstoc #1 yang diadakan di Stadion Kridosono bulan Oktober 2009 lalu tidak separah ini. Saya dengan band saya, Metallic Ass kebetulan ikut berpartisipasi di Locstock #1. Dan saya betul-betul ingat, ketika itu Metallic Ass belum pernah punya pengalaman manggung outdoor dengan soundsystem yang besar semacam itu. Locstock #1 adalah kali pertama Metallic Ass manggung dengan soundsystem diatas 5000watt dan didokumentasikan dalam bentuk DVD. Dan patut digaris bawahi, ketika itu Metallic Ass DIBAYAR untuk manggung di Locstock #1. Luar biasa. Bagi saya ketika itu, saya berpikir bahwa inilah saatnya pemain musik dihargai di dunia band-band-an lokal, bahkan untuk band yang baru terbentuk sekalipun !

Maka, ketika saya mengetahui bahwa ada kabar tentang kekacauan akibat beberapa band pengisi acara di Locstock #2 urung manggung karena persoalan fee yang belum jelas kapan dibayarnya, saya berasumsi bahwa kemungkinan penyelenggara tahun ini berbeda dengan penyelenggara tahun 2009 lalu.

Karena penasaran, Saya terus menerus mengamati pergerakan lini masa sampai ketiduran…

Esok paginya (26/5), saya melanjutkan mengamati pergerakan lini masa di twitter.

Saya masih menemukan twit-twit umpatan disitu, seperti Locstock mencoreng nama Jogja, locstock kacau, ambyar, parah, memalukan dll dan sepertinya, ini menjadi akhir dari sejarah acara band-band-an terbesar di Jogjakarta yang bernama Locstock Fest. Waduh…

Pada akhirnya segala cacian dan umpatan di twitter bermuara pada satu akun twitter: @effort_creative, saya menangkap bahwa pemilik akun inilah ketua panitia event Locstock yang diributkan itu. Twit terakhir dari akun itu saya agak lupa tapi ada kata-kata yang cukup mencolok: “…ini adalah gerakan, gerakan menuju TUHAN..” ditwit sekitar pukul 07:00. Sempat terbesit dalam pikiran saya ketika itu.. apakah ini pertanda bahwa pemilik akun ini akan bunuh diri?

Ternyata siang harinya betul2 terjawab, dari lini masa, saya belakangan baru tahu bahwa pemilik akun itu, Yoga, bunuh diri dengan menabrakkan dirinya ke kereta api di dekat perlintasan Gowok, Yogyakarta.

Wow..

apakah Yoga terlalu frustrasi dengan bully-bully di media sosial sehingga dia putus asa dan memutuskan untuk menakhiri hidupnya dengan fatal ? apakah tidak ada lagi jalan penyelesaian dengan dialog tanpa harus berkorban nyawa?

Entahlah, tapi tiba2 saya tergelitik untuk mengamati kasus ini. Terlebih setelah saya mendapat informasi dari mantan manajer Metallic Ass, Adhy Zazula, bahwa Locstock Fest #1 tahun 2009 lalu pun dikomando oleh Yoga.

Artinya, saya yakin panitia Locstock Fest #2 pun akan menghargai dengan fee yang layak sebagaimana yang dilakukan pada Locstock Fest #1.

Mungkin tindakan bunuh diri yang dilakukan Yoga terkesan pelarian karena tidak mampu menahan tekanan dari lingkungan sekitarnya. Mungkin juga, Yoga tidak diberikan kesempatan untuk menjelaskan mengenai apa yang sesungguhnya terjadi sehingga tekanan kepadanya justru jauh lebih kuat dibandingkan usahanya untuk memberikan klarifikasi mengenai apa yang terjadi.

Tekanan yang paling parah mungkin adalah bully melalui media sosial yang dilakukan oleh oknum-oknum tipikal keypad warrior, yang bisanya nggertak Cuma lewat 140 karakter dan kecenderungan sikap seperti : “tinggi disanjung berlebihan, jatuh dimaki berlebihan”. Yang seperti ini jamak muncul di media sosial.

Setelah Yoga Bunuh diri, simpati mulai berdatangan. Orang-orang yang yang sebelumnya kecewa dengan penyeleggaraan Locstock berubah sikap menjadi prihatin. Bahkan ada salah satu pengisi acara yang terang-terangan minta maaf karena twit-twit sebelumnya yang bernada pedas dan sadis.

Saya berandai-andai, apabila Yoga tidak bunuh diri dan permasalahan secara administratif dapat diselesaikan, mungkin itu menjadi salah satu alternatif penyelesaian masalah. Tapi kemudian akan sangat besar kemungkinan bahwa tidak akan ada lagi yang namanya Locstock Fest. Karena sudah terlanjur mendapat stigma sebagai event gagal.

Dan melalui kematian Yoga, seharusnya kita bisa menangkap pesan yang ingin disampaikannya bahwa: Yoga tidak melarikan uang seperti yang dituduhkan kepadanya. Pasti ada faktor lain yang menyebabkan fee para band pengisi acara belum dapat terbayarkan (sponsor? Perijinan? Apalagi?). Karena apabila dia melarikan uang, untuk apa kemudian bunuh diri?

Dan sekali lagi, pada Locstock Fest #1 tahun 2009, semua band pengisi acara DIBAYAR baik band baru maupun band senior. Locstock Fest merupakan titik balik pengakuan kreativitas pekerja seni khususnya di bidang band-bandan dan berusaha meninggalkan budaya “Pay with Thank You” yang acapkali dialami oleh para pekerja band-bandan di Jogjakarta. Seharusnya penyelenggaraan Locstock Fest #2 ini pun tetap mewarisi semangat ini. Karena itulah saya meragukan tuduhan bahwa uang fee / honor pengisi acara dibawa kabur.

Locstock Fest, yang merupakan agenda berkala dan wadah berekspresi yang terbesar bagi masyarakat band-bandan Jogjakarta harus dibersihkan dari tuduhan sebagai event yang gagal. Yoga telah menebus nama baik locstock fest dengan kematiannya. Dia membuktikan bahwa dia bertanggungjawab atas nama baik Locstock Fest dengan membuktikan bahwa dia tidak melarikan uang seperti yang dituduhkan kepadanya.

Selamat jalan Yoga,

Semoga masih ada harapan untuk diadakannya Locstock Fest #3

Salam Kreatif sampai mati !

Jakarta, bertepatan dengan #7thnGempaJogja

Denison

Voc-Bass Metallic Ass

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun