Mohon tunggu...
Deni Sugandi
Deni Sugandi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, pemandu geowisata, fotografer

Aktif di profesi fotografi kebumian, editor fotografi untuk penerbitan beberapa publikasi Badan Geologi KESDM. Mengelola tour dan workshop fotografi di geotrip.asia. Bisa dihubungi melalui: contact@denisugandi.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mata Si Bung di Ende

4 Oktober 2016   09:51 Diperbarui: 4 Oktober 2016   10:06 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

SelepasNagekeo jalanan mulai menepi menyapu bibir pantai berbatasan dengan Nagaroro,mengikuti tebing terjal yang dipapas memberikan ruang lebih jalan provinsi.Tebing terjal menyingkapkan rahasia alam, proses tektonik yang dicirikanperbukitan yang terlipatkan, dicirikan oleh endapan batupasir dan batulempung,menandakan tepian Ende terbentuk di bawah permukaan laut, kemudian terangkatkarena proses penujaman lempeng. Jalan meliuk mengikuti kontur tebing  terjal yang membatasi daratan dan laut, menuju Ende yang dicirikan oleh pulauEnde di bagian selatan dipagari laut Sawu.

Dari kejauhan kerucut gunung Iyaseperti pasak, ditancakpakan di antara teluk Ende agar pulau naga ini tidakbergerak, berjodoh dengan kerucut sinder gunung Meja. Dalam cerita rakyat duagunung tersebut bertemu dalam perujudan manusia, jatuh cinta dalam balutantragedi, yang akhirnya dipisahkan oleh kemurkaan. Di ujung jalan utama,kemudian berbelok ke arah utara sedikit, ditemui rumah sederhana milik wargaEnde, Haji Achmad Ambuwaru tokoh masyarakat islam di Ende.

Melalui kemurahanbeliau, rumah ini dihibahkan kepada Bung Karno sebagai ungkapan mendukungkemerdekaan. Rumah yang berukuran 200 meter persegi ini, terdiri dari limaruangan, diantaranya digunakan sebagai tempat tidur, ruang kerja, beribadah danruang tamu. Bukan hanya rumah, tetapi beberapa perlengkapan rumah tangga pundisumbang dari beberapa dermawan. Seperti Lemari pakaian disumbang oleh HajjahSiti Mahani Sarimin binti H.M. Saleh Bandjar, penggantung pakaian dari BenyaminHaji Daud, dan tempat tidur diberikan secara khusus oleh pemilik rumah, HajiAchmad Ambuwaru. 

Bentukrumah warna putih yang didisain tropis tidaklah besar, juga tidak kecil. Atapilalang yang menauinginya kemudian diganti atap seng  beberapa tahun lalu. Halaman luas yang pagaribenteng batu bata berwarna putih menjadi pembatas jalan Perwira, di Ende.Disayap kanan rumah berdiri papan “Situs Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende”.Rumah yang bergaya Eropa kemudian mengalami adaptasi dengan iklim tropis,  dengan elemen arsitektur disesuaikam dengan lingkungan tropis-pantai, mulai dari orientasi arah bangunan timur ke barat,dinding, denah berbentuk persegi.

Untuk bukaan pintu dan jendela biasanya berukuran besar, lantai dilapisi marmer, atap tinggi dan berbentuk limasan agarudara dingin mengalir.Ciri yang mudah dikenali adalah pemasangan sun shading atau penutup bagaian depan rumah untuk menaungin cahaya matahari, yang bersinarsepanjang tahun. 

Di dalam rumahterlihat beberapa peninggalan perabotan yang pernah digunakan, hingga beberapalukisan, dokumen dan foto-foto lama yang mengantarkan suasana pembuangan padamasa itu. Di dalam etalase kaca, masih didapati naskah yang pernah ditulisSoekarno untuk pertunjukan tonil, dalam bentuk lembaran kertas usang yangditulis menggunakna mesin tik.

Disebelahnya biola ditata sedemikina rupa,bagian dari instrumen untuk memberikan ilustrasi musik pertunjukan drama.Ditepi pintu keluar sebelah kanan, didapati pintu yang selalu tertutup rapat.Ditandai tulisan yang berbunyi kamar meditasi Soekarno. Ruang kamar yang tidak sempit,mungkin seukuran dengan ruang bui semasa di tahan di Banceuy Bandung, tidakditemui... 

Link: http://blog.denisugandi.com/2016/10/04/mata-si-bung-di-ende/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun