Mohon tunggu...
Deni Sugandi
Deni Sugandi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, pemandu geowisata, fotografer

Aktif di profesi fotografi kebumian, editor fotografi untuk penerbitan beberapa publikasi Badan Geologi KESDM. Mengelola tour dan workshop fotografi di geotrip.asia. Bisa dihubungi melalui: contact@denisugandi.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

GUGAT INDONESIA MENGGUGAT

24 Agustus 2016   22:36 Diperbarui: 29 Agustus 2016   08:43 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebuah tajuk nan provokatif “Standarisasi Foto Jurnalistik di Media” pada sebuah thread komunitas fotografi online, FN. Judul yang menggelitik, memancing, yang seharusnya di ‘gugat” ternyata sepi sepi saja.

“Standarisasi Foto Jurnalistik di Media”Gedung Indonesia Menggugat, Sabtu 28 Februari 2009Pembicara; Oscar Motuloh (Antara) dan Bea Wiharta (Reuters) Moderator: Irma Chantily Diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurnalistik FIKOM UNPAD

Sebuah foto, menggambarkan seorang prajurit Amerika di sebuah bunker di pertempuran Irak, tampak kelelahan. Sang fotografer, memotretnya dalam kondisi cahaya rendah, mengakibatkan gambar menjadi blur, karena long eksposur. Tampak terlihat matanya terbelalak, menatap kosong. Inilah pemenang World Press Foto tahun 2007, Tim Hetherington. “Tegas Oscar Motuloh, dalam penyampaiannya dalam seminar “Standarisasi Foto Jurnalistik di Media” yang diselenggaraka oleh HIMA Juranalistik UNPAD, 28 Februari 2009 lalu. 

Tetapi kitapun tidak selalu harus bisa menerima begitu saja, tandasnya, seraya memperlihatkan foto nominasi lain, dari fotografer yang sama; Tim Hetherington, foto hitam putih, tentara yang sama dalam kondisi waktu yang berbeda, di tempat yang sama, tergolek lemah, sambil memegang “machine gun” Gambar ini dieksekusi dengan bagus, baik itu secara teknis, maupun “isi” yang ingin disampaikannya. Namun kenapa, juri World Press lebih memilih foto pertama? “Marilah kita gugat, karena kita berada di gedung untuk menggugat” tandas Oscar.


“Awalnya sebuah citra” ketikan rapih yang dituliskan pada slide presentasi urutan petama pada setiap sajian oleh Oscar Motuloh. Diakuinya bahwa kalimat tersebut memang “dipinjam” dari seorang sastrawan Indonesia, setiap ia akan menorehkan puisinya, Sutarji Colsum Bachri. Contekan tersebut kemudian diganti “kata” menjadi “citra” dengan alasan...

Sumber Blog Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun