Mohon tunggu...
Eka Rengga Wulansari
Eka Rengga Wulansari Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Kita mungkin pernah gagal seperti kekalahan dalam 1 pertempuran tetapi kita harus memenangkan PERANG. Dengan proses dan akhir yang INDAH.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rumah Hati

24 Juni 2011   06:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:13 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jadilah lebih peka merasa nona, ingat saat rumah hati ini dikau sapa. Kaubunyikan bel pintu pagar, kubuka pintu bagimu dengan senyum lebar. Kusambut dirimu bukan hanya dengan jabat tangan, tetapi cium pipi kiri-kanan bahkan hangat sebuah pelukan. Duduk kita berdua dalam indah percakapan, ramah tamahku dan kebersahabatanmu dipertemukan. Mengalir indah pembicaran cerita tentang kita, Kusajikan suguhan pangan terbaik yang kupunya. Lama waktu tenggelam oleh hasrat dan canda kita. Sampai tiba saatnya…. Kau ucap; “Hari telah bawa kita kepada senja.” Kubalas; “Terimakasih untuk hari yang indah ini.” Lanjutmu; “Aku pamit pulang wahai perjaka.” Akhir kataku: “Nona, sampai ketemu di lain hari”

Kau melangkah pergi, kau menoleh dan tersenyum  padaku sekali. Mungkinkah kausadari hanya di teras rumah kau kutemui?. Tak pernah hadirmu masuk di dalam rumah hati, sampai  akhirnya kausadari bahwa dalam rumah hati ini, telah tinggal keabadian cinta tak terganti, milik sebuah pribadi.

Semarang-Bogor-Pasuruan, 2003-2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun