Jadilah lebih peka merasa nona, ingat saat rumah hati ini dikau sapa. Kaubunyikan bel pintu pagar, kubuka pintu bagimu dengan senyum lebar. Kusambut dirimu bukan hanya dengan jabat tangan, tetapi cium pipi kiri-kanan bahkan hangat sebuah pelukan. Duduk kita berdua dalam indah percakapan, ramah tamahku dan kebersahabatanmu dipertemukan. Mengalir indah pembicaran cerita tentang kita, Kusajikan suguhan pangan terbaik yang kupunya. Lama waktu tenggelam oleh hasrat dan canda kita. Sampai tiba saatnya…. Kau ucap; “Hari telah bawa kita kepada senja.” Kubalas; “Terimakasih untuk hari yang indah ini.” Lanjutmu; “Aku pamit pulang wahai perjaka.” Akhir kataku: “Nona, sampai ketemu di lain hari”
Kau melangkah pergi, kau menoleh dan tersenyum padaku sekali. Mungkinkah kausadari hanya di teras rumah kau kutemui?. Tak pernah hadirmu masuk di dalam rumah hati, sampai akhirnya kausadari bahwa dalam rumah hati ini, telah tinggal keabadian cinta tak terganti, milik sebuah pribadi.
Semarang-Bogor-Pasuruan, 2003-2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H