Mohon tunggu...
Denis Rizky Agustian
Denis Rizky Agustian Mohon Tunggu... Lainnya - Saya sebagai mahasiswa

Hobi saya bermain sepak bola dan juga badminton

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Kampung ke Dunia Maya : Kisah Seorang Pemuda Pelestari Budaya Lewat Media Sosial

12 Desember 2024   23:55 Diperbarui: 12 Desember 2024   23:54 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://smb.telkomuniversity.ac.id/cerita-telutizen/cara-melestarikan-budaya-lewat-media-sosial-ala-gen-z/

Di era digital, peran teknologi semakin besar dalam menghubungkan
manusia dengan berbagai informasi dan budaya dari seluruh dunia. Namun,
siapa sangka, platform media sosial yang kerap dianggap sebagai alat
hiburan semata ternyata bisa menjadi senjata ampuh untuk menyelamatkan
budaya yang hampir punah. Artikel ini mengangkat kisah inspiratif seorang
pemuda desa, Aditya Nugraha Saputra, yang berhasil membawa tradisi
lokalnya dikenal luas melalui dunia maya.
Awal Perjalanan: Dari Kampung yang Kaya Budaya
Aditya Nugraha Saputra, yang biasa dipanggil Adit, lahir dan besar di
sebuah desa kecil bernama Sukamulia, yang terletak di kaki Gunung Sari.
Desa ini dikenal dengan kekayaan budayanya, mulai dari tari tradisional,
seni anyaman bambu, hingga upacara adat yang diwariskan turun-temurun.
Sejak kecil, Adit sering ikut serta dalam kegiatan budaya desa. Ia belajar tari
tradisional dari ibunya, seorang penari senior di desanya, dan sering
menemani ayahnya yang pandai membuat ukiran kayu. Namun, saat Adit
menginjak usia remaja, ia mulai menyadari bahwa tradisi ini semakin
tersingkirkan.
“Anak-anak muda di desanya Adit lebih suka bermain game atau
menghabiskan waktu di media sosial. Sangat jarang ada yang mau belajar
tari atau membantu di acara adat. Saya khawatir budaya ini akan hilang jika
tidak ada yang peduli,” cerita Adit saat diwawancarai.
Kesadaran ini menjadi awal perjalanan Adit untuk mencari cara agar budaya
desanya tetap hidup.
Media Sosial: Jembatan Menuju Perubahan
Saat Adit melanjutkan pendidikan ke kota besar, ia mulai mengenal dunia
digital lebih dalam. Ia melihat bagaimana media sosial seperti YouTube,
Instagram, dan TikTok digunakan oleh banyak orang untuk berbagi berbagai
hal, termasuk seni dan budaya.
“Saya melihat ada orang yang bisa terkenal hanya dengan konten memasak
sederhana atau menari di TikTok. Saya berpikir, kenapa saya tidak mencoba
memperkenalkan budaya desa saya dengan cara yang sama?” ujar Adit.
Pada tahun 2020, Adit memutuskan untuk memulai proyek pribadinya.
Dengan bermodalkan ponsel sederhana, ia mulai merekam berbagai
aktivitas budaya di desanya, seperti proses pembuatan kain tenun, tarian
tradisional, hingga cerita rakyat yang diceritakan oleh sesepuh desa. Video-
video itu kemudian diunggah ke akun media sosialnya dengan tambahan
narasi ringan agar mudah dipahami oleh penonton.
Proses Kreatif dan Tantangan yang Dihadapi
Perjalanan Adit untuk menjadi pelestari budaya digital tidaklah mudah. Di
awal, ia mengalami banyak kesulitan, seperti keterbatasan peralatan dan
akses internet di desanya.
“Sinyal di desa saya sangat buruk, jadi saya harus naik ke bukit hanya untuk
mengunggah video. Selain itu, saya juga tidak punya kamera bagus, jadi
semua video saya rekam pakai ponsel seadanya,” kata Adit.
Selain tantangan teknis, Adit juga menghadapi skeptisisme dari masyarakat
sekitar. Banyak orang tua yang menganggap bahwa budaya desa tidak cocok
untuk ditampilkan di dunia maya. Ada pula yang khawatir bahwa cara Adit
menyajikan budaya, seperti mencampur musik tradisional dengan musik
modern, akan merusak nilai asli tradisi.
Namun, Adit tidak menyerah. Ia berusaha meyakinkan masyarakat bahwa
apa yang ia lakukan adalah untuk melestarikan budaya desa mereka. Ia juga
mulai belajar editing video secara otodidak agar kontennya terlihat lebih
menarik.
“Saya tahu bahwa di media sosial, tampilan visual sangat penting. Jadi, saya
mencoba membuat konten yang tidak hanya informatif tapi juga
menghibur,” jelas Adit.
Konten yang Viral: Budaya Jadi Sorotan Dunia
Usaha Adit akhirnya membuahkan hasil. Salah satu videonya yang
menampilkan tari tradisional desanya dengan iringan musik modern viral di
TikTok. Video tersebut berhasil mendapatkan lebih dari satu juta penonton
dalam waktu seminggu dan menarik perhatian banyak orang, termasuk dari
luar negeri.
“Awalnya saya tidak percaya. Banyak yang mengirim pesan, bertanya
tentang budaya desa saya, dan bahkan ada yang ingin datang langsung untuk
melihat tradisi kami,” kata Adit dengan senyum bangga.
Kepopuleran ini membawa dampak besar, tidak hanya bagi Adit tetapi juga
bagi desanya. Banyak wisatawan mulai mengunjungi Desa Sukamulia untuk
melihat langsung tradisi yang selama ini mereka tonton di media sosial. Hal
ini juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat desa, seperti
penjualan kerajinan tangan dan makanan khas.
“Dulu, orang-orang desa merasa bahwa budaya kita tidak dihargai. Tapi
sekarang, mereka bangga karena banyak yang tertarik untuk
mempelajarinya,” tambah Adit.
Dukungan untuk Generasi Muda
Selain membuat konten, Adit juga aktif mengajak generasi muda di desanya
untuk ikut melestarikan budaya. Ia mengadakan workshop sederhana
tentang cara membuat video kreatif dan mengajarkan anak-anak muda cara
menggunakan media sosial secara positif.
“Saya ingin mereka tahu bahwa media sosial bukan hanya tempat untuk
hiburan, tetapi juga bisa menjadi alat untuk menunjukkan identitas kita ke
dunia,” kata Adit.
Usaha ini mendapatkan sambutan hangat dari generasi muda. Banyak dari
mereka yang mulai terlibat dalam pembuatan konten, baik sebagai penari,
musisi, atau bahkan pembuat kerajinan.
“Sekarang, anak-anak muda di desa mulai tertarik untuk belajar budaya
karena mereka merasa itu sesuatu yang keren dan bisa dibanggakan,” ujar
Adit.
Dampak yang Lebih Luas
Kisah Adit tidak hanya membawa perubahan di desanya, tetapi juga
menginspirasi banyak orang di luar sana. Beberapa komunitas budaya dari
daerah lain bahkan mulai menghubungi Adit untuk belajar cara
memanfaatkan media sosial sebagai alat pelestarian budaya.
“Saya senang kalau apa yang saya lakukan bisa menginspirasi orang lain.
Bagi saya, semakin banyak orang yang peduli pada budaya lokal, semakin
besar peluang kita untuk melestarikannya,” ungkap Adit.
Selain itu, Adit juga pernah diundang ke beberapa acara televisi dan seminar
untuk berbagi pengalamannya. Ia menggunakan kesempatan ini untuk
menyuarakan pentingnya pelestarian budaya di era digital.
Mimpi dan Harapan ke Depan
Harapan ke depannya, Adit memiliki mimpi besar untuk membuat platform
digital khusus yang berisi dokumentasi budaya dari berbagai daerah di
Indonesia. Ia berharap platform ini bisa menjadi sumber belajar bagi
generasi muda dan juga tempat untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke
dunia internasional.
“Saya ingin budaya kita dikenal tidak hanya di Indonesia tapi juga di luar
negeri. Saya percaya, budaya adalah aset berharga yang harus kita jaga
bersama,” kata Adit deanga penuh semangat.
Pelajaran dari Kisah Adit
Kisah Adit Nugraha Saputra adalah bukti nyata bahwa teknologi, jika
digunakan dengan bijak atau dengan baik, dapat menjadi alat yang kuat
untuk melestarikan warisan budaya. Ia menunjukkan bahwa dengan
kreativitas dan tekad, tradisi yang hampir punah bisa kembali hidup dan
dikenal luas.
Di era globalisasi ini, penting bagi kita untuk tidak melupakan akar budaya
kita. Melalui usaha Adit, kita diingatkan bahwa budaya bukanlah sesuatu
yang kaku, tetapi sesuatu yang bisa beradaptasi dan berkembang sesuai
dengan zaman.
Kesimpulan
Dari desa kecil yang hampir terlupakan, Adit berhasil membawa budayanya
ke panggung dunia melalui media sosial. Perjuangannya tidak hanya
menghidupkan kembali tradisi desanya tetapi juga memberikan inspirasi
bagi banyak orang untuk memanfaatkan teknologi secara positif.
Melalui kisah Adit, kita belajar bahwa pelestarian budaya bukan hanya tugas
para ahli atau pemerintah, tetapi juga tanggung jawab kita bersama. Di
tangan generasi muda seperti Adit, harapan akan masa depan budaya
Indonesia tetap menyala terang.
Referensi :
https://smb.telkomuniversity.ac.id/cerita-telutizen/cara-melestarikan-
budaya-lewat-media-sosial-ala-gen-z/
https://www.kompasiana.com/sipah86624/641adcd108a8b5291617e262/pen
tingnya-pelestarian-budaya-pada-kalangan-remaja-di-era-
digital?page=2&page_images=1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun