Mohon tunggu...
Deni Sinatra
Deni Sinatra Mohon Tunggu... -

KEBERANIAN HARUS DIDASARKAN PADA PANDANGAN YANG DIYAKINI BENAR TANPA KERAGUAN DAN BERSEDIA MENERIMA RISIKO APA PUN. SEORANG PEMIMPIN TANPA KEBERANIAN BUKAN PEMIMPIN SEJATI. KEBERANIAN DAPAT TIMBUL DARI KOMITMEN VISI DAN BERSANDAR PENUH PADA KEYAKINAN

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kriminalisasi dan Fitnah Politisi

25 Oktober 2013   14:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:03 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kriminalisasi dan Fitnah!!! Begitu mengerikan jika sudah membahas hal ini. Namun itulah yang terjadi belakangan di negeri ini. Betapa manuver politik sudah mengabaikan kemaslahatan positif bagi rakyat yang dikemas dengan segel berlabel hukum. Mengapa saya beropini demikian? karena faktanya kita kerap disuguhkan tayangan kriminalisasi dengan menggunakan senjata hukum untuk tujuan tertentu yang dilakukan oleh penguasa.

Karena kekuasaanlah sang penguasa mampu mengkooptasi dan mengintervensi lembaga dan aparat penegak hukum. Bisa dilakukan dengan cara menuduh, menjebak, bahkan mungkin dapat pula melakukan rekayasa terhadap proses hukum orang yang dianggapnya sebagai musuh politik.

Bukannya saya bermaksud memutar balikkan fakta, tapi mari kita cermati beberapa korban dugaan terjadinya kriminalisasi dan fitnah tersebut yang menimpa para tokoh negeri ini. Seperti Antasari Azhar, Anas Urbaningrum, dan yang sekarang menjadi sorotan adalah Akil M0chtar termasuk juga Mahfud MD.

Langkah jitu penghancuran karakter biasanya dilakukan dengan jalan membangun opini sesat, sampai dituduh berperilaku bejat terlebih dahulu hingga media massa memuatnya secara masiv. Dan akhirnya status korbanpun harus naik kelas menjadi seorang tersangka. mengerikan!!!

Saya ingat betapa sepak terjang Antasari Azhar saat menjadi pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) benar-benar membuat gerah koruptor di negeri ini. Tak sedikit koruptor yang sudah dilibasnya hingga harus menikmati seluruh fasilitas, sarana dan pra sarana "hotel prodeo". Tentu saja tak sedikit bandit penggerogot uang rakyat lainnya merasa perlu untuk melakukan rekayasa dalam rangka menjebloskan Antasari ke penjara. Hingga terbangunlah opini sesat yang menuding Antasari sebagai seorang peselingkuh, amoral, pezinah, hingga sebagai otak pembunuhan. Astaghfirullah.

Fitnah terhadap tokoh anti korupsi tersebut dilakukan secara besar-besaran dan diduga melibatkan banyak pihak diantaranya aparat hukum, lembaga hukum, media massa, aktivis tanggung, dan pemandu sorak lainnya agar hasilnya lebih optimal. Alhasil, Antasaripun hancur lebur tak satupun pihak yang rela membantunya.

Sementara korban lain yang menjadi target penguasa adalah, Anas Urbaningrum. Namun untuk kasus anas lebih kepada pengalihan isu pengungkapan kasus Bank Century. Dengan menggunakan modus yang sama, upaya penghancuran karakter terhadap Anas dilakukan dengan membangun opini sesat. Ironisnya, hampir semua media mempercayai sumber yang menuding Anas sebagai Koruptor besar meski mengetahui bahwa hal itu tak rasional. Selain itu Anas juga difitnah berperilaku amoral dengan melakukan perselingkuhan dengan Yulianis. luar biasa dasyat fitnah tersebut menerpa Anas. Intinya semua yang beraroma negatif sengaja dilempar ke wajah Anas. dan lagi-lagi media menjadikan hal itu sebagai ladang mengeruk keuntungan dengan cara menampilkan berita itu di halaman utama meski tanpa filter dan konfirmasi.

Nah kali ini yang saya curigai adalah kasus suap kuota sapi impor. Korbannya Mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaq (LHI) yang jelas-jelas dipakasakan statusnyanya menjadi seorang tersangka. Pembangunan opini sesat terkait perilaku amoral terhadap LHI juga dilakukan. Antara opini hukum dan amoral seolah sengaja diaduk menjadi satu untuk pembangunan opini negatif terhadap LHI. Berkat peran media pula publik akhirnya percaya 100 persen, sungguh menggelikan.

Nah mari kita perhatikan secara cermat kasus yang mendera Antasari, Anas, dan LHI, bahwasannya memang tidak ada perbedaan mendasar dari modus dan motif penguasa menghancurkan lawan politiknya.

Aktor lain alias penembak jitu yang begitu dominan bermain dalam kasus yang mengorbankan LHI dan Anas adalah Fathonah dan Nazarrudin. Begitu sigapnya KPK menindak lanjuti apapun yang diungkapkan keduanya. KPK sepertinya sudah menciptakan arena seluas-luasnya untuk Fathonah dan Nazarrudin menjadi Politainment Kolosal yang sudah memperdaya rakyat.

Namun bila rakyat tak malas berpikir logis, niscaya semua akan terungkap terjadinya rekayasa dalam setiap kasus tersebut. Diantaranya dengan cara mencermati kelanjutan pemeriksaan terhadap ratusan saksi yang hingga kini kian bias.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun