Mohon tunggu...
Denis Guritno Sri Sasongko
Denis Guritno Sri Sasongko Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Pembelajar

Belajar menulis populer di Komunitas Guru Menulis dengan beberapa publikasi. Pada 2020, menyelesaikan Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Universitas Indraprasta PGRI.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jalan-jalan ke Malang, Sudah Berkunjung ke Candi Badut?

8 Oktober 2023   09:00 Diperbarui: 8 Oktober 2023   09:30 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Candi Badut. Demikian nama ini kulihat berdekatan dengan tempatku menginap. Namanya tak asing. Kukenal candi ini dari penelitian historiografi kuliah Sejarah sebagai tempat pemujaan. Konon katanya, candi ini adalah candi tertua di Jawa Timur. Sebagian para ahli setuju bahwa candi ini dibangun jauh sebelum pemerintahan Airlangga, atas perintah Sang Liswa, Raja Gajayana dari Kerajaan Kanjuruhan. Raja ini dikenal senang melucu (mbadhut, Jawa) sehingga candi yang dibangun ini dinamakan Candi Badut. Namun, tentu dugaan ini belum didukung bukti otentik, korelasi candi dengan Raja Gajayana.

Para arkeolog menemukan lokasi candi ini di desa Karangbesuki, Dau, Malang, Jawa Timur pada 1923. Dalam penjelasan yang sekali lagi kubaca di lingkungan candi, jelas tertulis nama dan letak candi ini dalam prasasti Dinoyo yang ditemukan di desa Merjosari, Malang. Prasasti ini pun mengisahkan masa keemasan Kerajaan Kanjuruhan (760M) di bawah pemerintahan Raja Dewasimba dan putranya, Sang Liswa. Keduanya adalah raja yang adil, bijaksana, dan dicintai rakyatnya. Candi ini diyakini sebagai candi Shiva. Meski didapati penjelasannya, belum ditemukan arca Agastya di dalamnya.

dokpri
dokpri
Bangunan candi sendiri sangat sederhana. Strukturnya terdiri dari batu andesit tanpa relief, meski kalau berkunjung ke tempat ini didapati pula guratan-guratan kekinian. Salah satunya ada pada bagian dalam Candi, ada lingga yang bertuliskan Pramuka (bukan dengan tulisan Sansekerta ataupun Jawa). "Jelas nggak mungkin ada Pramuka pada 760M." Candi ini berbeda dengan candi-candi di Jawa Timur. Pahatan kalamakara yang menghiasi ambang pintunya tidak dibuat lengkap, tanpa rahang bawah. Pahatan ini didapati mirip pada candi-candi di Jawa Tengah. Demikian pula konstruksi fisik tubuh Candi Badut dalam bentuk dan reliefnya yang simetris.

Pemugaran memang belum bisa menyajikan representasi candi ini secara utuh. Tangga menuju selasar di kaki candi terletak di sisi barat, tepat di hadapan pintu masuk ke ruang utama di tubuh candi. Pada bagian luar dinding pengapit tangga terdapat ukiran yang sudah tidak utuh lagi, namun masih terlihat adanya pola sulur-sulur yang mengelilingi sosok orang yang sedang meniup seruling. Jalan masuk ke ruang dalam tubuh candi dilengkapi dengan bilik penampil. Pintu masuk cukup lebar dengan hiasan kalamakara di atas ambang pintu.

dokpri
dokpri
Dalam tubuh candi terdapat ruangan yang cukup luas dengan lingga dan yoni. Keduanya adalah lambang kesuburan. Pada dinding di sekeliling ruangan terdapat relung-relung kecil yang tampaknya semula berisi arca. Demikian pula pada dinding candi yang dihiasi dengan relief burung berkepala manusia dan peniup seruling. Di keempat sisi tubuh candi juga terdapat relung-relung berhiaskan bunga dan burung berkepala manusia.Candi ini pernah dipugar di tahun 1925 -- 1926. Namun, banyak bagian yang sudah hilang atau belum dapat dikembalikan ke bentuk asalnya. Atap bangunan utama, misalnya, saat ini sudah tidak ada pada tempatnya.

Di bagian barat pelataran, yaitu di sisi kiri dan kanan halaman depan bangunan candi yang sudah dipugar, terdapat fondasi bangunan lain yang masih belum dipugar. Masih banyak onggokan batu di sekeliling pelataran candi yang belum dapat dikembalikan ke tempatnya semula.

dokpri
dokpri
Saya bersyukur masih bisa melihat penjelasan yang cukup komprehensif di empat sudut bangunan candi. Sebut saja penjelasan arca Durga Mahisasuramardhini, salah satu aspek dari istri Dewa Siwa, Parwati. Namun, jika ditengok arcanya, tak lagi terlihat utuh seperti dimuat dalam gambar. Dan, di sisi selatan seharusnya terdapat arca Syiwa Guru dan di sisi timur seharusnya terdapat arca Ganesha. Keduanya sudah tidak ada lagi pada tempatnya.

dokpri
dokpri
Entahlah.... Semoga kecintaan pada sejarah juga menjadi kecintaan pada kehidupan. Historia Magistra Vitae!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun