Tiada musim yang selamanya abadi. Semua akan mengalami perubahan layaknya roda kehidupan yang tidak pernah berhenti berputar. Begitu juga dengan warna bumi yang selalu berganti layaknya warna kehidupan disetiap harinya. Setiap musim yang berkunjung ke bumi akan selalu membawa hadiah tersendiri dan bisa dinikmati semua mahluk ciptaan Yang Maha Kuasa. Ada bagian bumi yang diberkahi dengan 2 musim, namun ada juga yang diberkahi dengan 4 musim. Bukan bermaksud untuk pilih kasih karena semuanya itu merupakan bagian dari rencana Sang Pencipta.Â
Negri Matahari Terbit atau biasa disebut dengan Jepang dianugerahi 4 musim yang berbeda. Pemandangan Spring, Summer, Autumn, dan Winter di Jepang merupakan yang paling indah dan menjadi tujuan utama para wisatawan lokal maupun mancanegara. Â Contohnya ketika kalender menunjukan akhir dari bulan Maret yang menjadi sebuah pertanda berakhirnya musim dingin di Jepang. Musim Dingin segera berganti Musim Semi dimana kehangatan menyambut awal dari kehidupan yang selama ini tertidur dibalik tumpukan selimut putih. Salah satu daerah di Jepang yang terkenal akan keindahan warna ditiap musimnya adalah Kyoto
Kyoto sebagai salah satu prefektur yang cukup terkenal di Jepang menawarkan berbagai hal menarik di tiap musimnya. Setiap musim menawarkan berbagai hal bernuansa tradisional yang berbeda-beda. Musim Semi dan Musim Gugur merupakan 2 musim favorit wisatawan dan juga waktu terbaik untuk berkunjung ke prefektur yang terkenal dengan budaya Geisha dan kuil yang tak terbilang jumlahnya. Menyambut awal musim semi di Kyoto juga berarti menyambut mekarnya bunga yang menjadi simbol negara Jepang. Ranting dan dahan yang sempat tertutup dari dunia luar mulai membuka diri dengan warna yang mampu menghangatkan kebekuan hati
Semua pasti mengenal bunga sakura yang sudah menjadi ciri khas negara Jepang . Fenomena Cherry Blossom wajib menjadi perhatian wisatawan apabila berkunjung ke Kyoto. Kelopak bunga Sakura yang bermekaran menghiasi prefektur Kyoto yang sebelumnya tertutup lapisan selimut putih nan dingin. Pada saat puncaknya, Kelopak Bunga Sakura tersebut akan berterbangan dan mewarnai langit Kyoto dengan warna merah muda dan putih layaknya penari Geisha yang menyambut para wisatawan dengan tarian lembut nan agung.Â
 Kegiatan memandangi cherry blossom atau Hanami menjadi agenda wajib apabila berwisata ke Kyoto. Berbagai spot Hanami yang bertebaran di berbagai penjuru Kyoto membuat turis local maupun mancanegara kebingungan dalam mencari tempat yang tepat untuk menyaksikan serta mengabadikan fenoma Cherry Blossom di Kyoto. Namun jangan khawatir karena semua kekhawatiran tersebut dapat terjawab hanya dengan sebuah jalan biasa yang berlokasi di distrik Higashiyama, Kyoto.
Namun tak disangka bahwa jalan biasa ini menjadi tempat penting bagi seorang filsuf terkenal bernama Kitaro Nishida dari Universitas Kyoto yang namanya menjadi inspirasi dibalik sebutan The Philosopher's Path. Sambil berlatih meditasi, Kitaro Nishida berjalan sejauh 2 kilometer menuju Universitas Kyoto ditemani pemandangan yang berbeda di tiap musimya. Merah muda dan putih di Musim Semi sedangkan merah dan jingga di Musim Gugur. Â Kedua musim ini merupakan waktu yang tepat untuk menikmati serta mengabadikan keindahan daripada The Philosopher's Path
Sejumlah 300 pohon bunga Sakura yang bermekaran disepanjang jalan membentuk sebuah terowongan indah yang didominasi oleh warna merah muda dan putih. Sangat cocok untuk dijadikan tempat honeymoon, selfie, tempat inspirasi ataupun sekedar mengagumi keindahan fenomena Cherry Blossom. The Philosopher's Path merupakan tempat yang patut dikunjungi apabila berada di Kyoto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H