Malam ini adalah hari Halloween. Pikiran berbagai macam hantu seram kerap menghiasi benak banyak orang kala mendengar kata tersebut.
Di banyak negara, Halloween merupakan liburan sekuler yang berfokus pada kostum dan dandanan seram. Namun perayaan yang dilihat saat ini, sesungguhnya tidak sama dengan makna asli Halloween menurut Gereja Katolik.
Kata "Halloween" berasal dari singkatan kata "Allhallow-even, Scottish" yang secara harafiah berarti "All Holy Evening" 'Sepanjang Malam Suci'. Kata ini muncul pada abad ke-18. Bahasa Inggris pun memiliki frasa mirip, 'All Hallows' Eve' dengan arti yang sama.
Kedua istilah tersebut menunjuk pada malam Hari Raya Semua Orang Kudus yang jatuh pada 1 November, hari untuk merayakan para kudus (santo/santa) yang diakui Gereja Katolik telah berada di surga.
Oleh karena itu, tanggal 31 Oktober dianggap umat Katolik sebagai malam suci untuk merayakan dua hari arwah, yaitu tanggal 1 November untuk merayakan arwah di surga (para kudus) dan 2 November untuk mendoakan arwah yang masih dimurnikan (purgatorium).
Maka hendaklah umat Katolik mengisi malam Halloween ini dengan merenungkan kisah santo santa, meneladani kebajikannya, dan berdoa.
Perayaan ini juga mau mengingatkan kita akan masa depan orang-orang yang percaya, yaitu kehidupan kekal bersama dengan Tuhan.
Maka, masih maukan kamu pakai kostum dan dandanan seram? Apa kamu mau masa depanmu jadi roh gentayangan?
Dunia ini aneh. Orang jelek pengen ganteng atau cantik itu wajar. Lha ini, orang ganteng dan cantik pengen jelek.
Maka kalau kamu ke pesta kostum Halloween, pakailah "jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka." (Why 7:9) Itulah pakaian pesta bagi jiwa-jiwa yang berbahagia di rumah Bapa.***