Mohon tunggu...
Denisa Lil Yusra
Denisa Lil Yusra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Hi! Aku Denisa, Mahasiswi Akuntansi di Universitas Negeri Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Opini: Penurunan Harga Pangan, Penurunan Daya Beli, hingga Deflasi Berkepanjangan di Indonesia, Apa Penyebabnya?

13 Oktober 2024   20:50 Diperbarui: 13 Oktober 2024   20:55 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : website designer

Seperti yang sudah kita ketahui, masalah ekonomi di Indonesia salah satunya yaitu inflasi. Dimana inflasi ini merupakan penurunan nilai tukar rupiah. Tapi apakah kalian tahu bahwa  Indonesia mengalami deflasi dimana berdasarkan Indeks Harga Konsumen, deflasi ini telah berlangsung selama lima bulan berturut-turut sejak Mei hingga bulan September 2024. Situasi ini mengingatkan kita pada krisis finansial ekonomi tahun 1998. Deflasi bukan hanya tentang harga barang yang turun, tetapi juga daya beli masyarakat menurun dan aktivitas ekonomi melemah. Menurut Badan Pusat Statistika, tercatat adanya sebesar 0.12% deflasi secara bulanan di Indonesia. 

Sumber : CNBC Indonesia
Sumber : CNBC Indonesia

Kondisi deflasi yang terjadi dalam lima bulan berturut-turut ini mengundang perhatian dari para ekonom di Indonesia. Beberapa tokoh pun angkat bicara tentang adanya kondisi ini, dimana banyak yang mengatakan bahwa daya beli masyarakat berkurang namun ada juga yang berpendapat bahwa masyarakat lebih mementingkan urusan perut lalu berujung pada mengurangi porsi belanja kebutuhan lainnya. 

Sumber : CNBC Indonesia
Sumber : CNBC Indonesia

Penyebab utama deflasi saat ini disebabkan oleh penurunan harga berbagai komoditas pangan seperti cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, daging ayam ras, tomat, daun bawang, kentang, dan wortel. Kondisi seperti ini jarang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, dimana memiliki waktu yang bisa dibilang lebih lama. Setelah diamati kondisi pada saat ini, mungkin diri saya sendiri pun merupakan salah satu faktor dari adanya deflasi. Dimana dikarenakan pada akhir-akhir bulan ini merupakan siklus normal tahunan, yang tidak adanya bulan ramadhan atau hari-hari yang membutuhkan kebutuhan lainnya kecuali kebutuhan pangan. Dan juga pada lima bulan terakhir ini pun cuaca normal yakni seimbang, dengan hal ini petani serta tanaman-tanaman yang dijadikan bahan pokok menjadi normal atau sukses. Dengan adanya hal tersebut, maka jumlah produksi semakin banyak dan harganya semakin menurun dikarenakan tidak seimbang dengan permintaannya yang terus menerus meningkat. Jadi bisa disimpulkan bahwa kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni dari segi waktu dan cuaca.

Deflasi yang berkepanjangan di Indonesia ini mencerminkan tantangan besar yang dihadapi oleh perekonomian. Dimana deflasi ini memiliki keuntungan bagi konsumen, dimana harganya akan semakin menurun tetapi di sisi lain produsen akan mengalami kerugian dimana permintaannya semakin menurun sehingga mengharuskan untuk menurunkan harganya. Yang pada akhirnya bisa berdampak negatif pada lapangan pekerjaan dan pendapatan masyarakat. Kontraksi dalam sektor manufaktur juga menambah tekanan pada perekonomian. 

Untuk mengatasi deflasi, pemerintah perlu mengambil langkah yang lebih menyeluruh. Selain kebijakan moneter, pemerintah juga perlu menerapkan kebijakan fiskal yang lebih agresif, reformasi struktural yang mendalam dan koordinasi yang lebih baik antar lembaga. Kita juga perlu belajar dari negara lain yang pernah mengalami deflasi dan kita menerapkan praktik terbaik yang sesuai dengan kondisi di Indonesia. Jika tidak segera ditangani, deflasi bisa menjadi ancaman serius bagi stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, semua pihak perlu bekerja sama untuk mencari solusi yang tepat dan berkelanjutan.

Referensi : CNBC Indonesia 

https://www.cnbcindonesia.com/research/20241001163312-128-576124/ri-deflasi-5-bulan-beruntun-mirip-1998-ini-bukan-cuma-urusan-perut

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun