Mohon tunggu...
Denis Rikwanto
Denis Rikwanto Mohon Tunggu... Administrasi - menulis adalah kenikmatan

jangan menular, kecuali kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenapa Mengkritik Baliho Puan?

3 Agustus 2021   17:45 Diperbarui: 3 Agustus 2021   17:50 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baliho Puan. Topik yang membanjiri berbagai platform informasi beberapa pekan ini. Macam-macam respons yang mengemuka. Memang ada yang murni kritik, tapi lebih menarik menanggapi para pengkritik berlatar belakang politik.

Baliho Puan terpasang di banyak titik, ukurannya rupa-rupa, tapi ada tiga pesan utama yang disampaikan, yakni ajakan menguatkan gotong royong untuk mengatasi pandemi, mengokohkan solidaritas nasional, dan penguatan optimisme meraih masa depan yang lebih cerah. Pesan yang disampaikan sangat tepat, dan selaras dengan pesan yang ditekankan Presiden Jokowi terkait penanganan pandemi Covid-19.

Ada politisi atau loyalis-pendukung figur tertentu yang menyindir kehadiran baliho Puan dengan ucapan "lebih baik bantu penanganan pandemi daripada pasang baliho" atau "lebih baik uangnya disumbangin buat warga terdampak pandemi."

Narasi kayak begitu sih otomatis gugur ya. Puan kan Ketua DPR RI, dia punya kewenangan untuk memberikan bantuan yang lebih besar. Setidaknya, Puan sudah buktikan dengan membuat DPR satu suara menyetujui pemerintahan Presiden Joko Widodo melakukan refocusing anggaran untuk mengatasi pandemi, melobi parlemen negara lain untuk bekerja sama dalam ketersediaan vaksin Covid-19 di Indonesia, dan menjadi pengawas yang kritis bagi pemerintah agar penanganan pandemi mengutamakan keselamatan masyarakat.

Justru sayang banget kalau kewenangan Ketua DPR RI enggak digunakan optimal, dan membatasi bantuan hanya dengan menyumbangkan gaji. Puan sudah lakukan hal yang lebih besar manfaatnya.

Lalu kenapa baliho Puan tetap dikritik? Saya yakin, ada yang takut dengan kehadiran baliho-baliho itu.

Kenapa takut? Pertama, baliho itu bukan dipasang Puan, tapi dipasang relawan pendukungnya dan kader-kader separtainya dengan sukarela. Motifnya adalah menguatkan optimisme untuk keluar dari pandemi, sekaligus bentuk kebanggaan karena Puan adalah perempuan pertama yang menjadi Ketua DPR RI.

Kedua, baliho yang dipasang dengan anggaran dan tenaga gotong royong itu jadi penanda meluasnya dukungan untuk Puan. Di Google, topik tentang baliho Puan mencapai dua juta pencarian. Dalam poin ini, pasti ada pihak yang belingsatan karena tahu pemasangan baliho masih efektif dan kehadiran baliho Puan bisa ganggu rencananya membidik Pemilu 2024.

Ketiga, para pengkritik takut banyaknya baliho bisa menaikkan elektabilitas Puan. Para pengkritik takut jagoannya kalah.

Jadi, kritikan tentang baliho Puan itu bukan karena untuk kepentingan masyarakat, tapi karena kepentingan politik mereka sendiri. Bahkan ada oknum yang takut bermain fair dengan menjadikan baliho Puan sebagai sasaran vandalisme.

Tapi, dari semua keramaian tentang baliho, tidak ada komentar apa-apa dari Puan. Cucu Bung Karno itu lebih memilih sibuk memastikan penanganan pandemi Covid-19 berada di jalur yang benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun