Pentingnya reklamasi untuk perluasan lahan bandara Soekarno Hatta.
Foto di atas adalah ilustrasi Bandara KIA (Jawa Pos).
***
Pernah ke Jepang? Saya pernah satu kali, waktu menghadiri Kyoto International and Art Festival, Oktober 2017. Saat saya datang, Kyoto hampir tiap hari hujan, suhu rata-ratanya 15-18 derajat celcius.
Dalam tulisan ini, saya mau bercerita sedikit terkait negara yang didirikan Kaisar Jimmu pada abad ketujuh sebelum masehi tersebut. Tapi bukan mengenai Kyoto atau festival filmnya, melainkan Bandara Kansai yang dibangun di atas lahan reklamasi.
Bandara Kansai, atau Kansai International Airport (KIA) dibangun di Teluk Osaka, Jepang. Dilengkapi terminal penumpang berlantai empat, bandara itu dirancang arsitek Italia, Renzo Pianzo, bekerja sama dengan Noriaki Abe.
Rencana pembangunan KIA muncul saat Bandara Narita di Tokyo sudah kewalahan menampung jumlah penumpang. KIA akhirnya dibangun di Osaka Bay, yang jauh dari permukiman penduduk dengan risiko kerusakan lingkungan relatif kecil.
Pembangunan KIA dilakukan sangat hati-hati, dengan menghitung potensi bencana alam dan terjangan ombak. Tahap pertama, konstruksi fondasi dibangun pada 1987 yang menghabiskan 48.000 balok beton berbentuk tetrahedral dan material lainnya seperti pasir serta tanah sebanyak 21.000.000 meter kubik.
Pembangunan tahap pertama yang menyerap 10.000 tenaga kerja dan 80 kapal pengangkut material itu selesai pada 1989. Kemudian dilanjutkan pembangunan runway dan fasilitas lainnya hingga mulai beroperasi pada 4 September 1994.
Total pulau buatan untuk KIA mencapai 4 km dengan jembatan penghubung sekitar 3 km. Adapun anggaran yang digelontorkan untuk pembangunan bandara yang pada April 2001 mendapat penghargaan 'Civil Engineering Monument of the Millenium' itu mencapai 20 miliar USD. Saat ini, KIA melayani 24 kota di Jepang dan 69 keberangkatan setiap hari, dan melayani 71 kota di 30 negara dengan 600 keberangkatan.
Di Indonesia, muncul juga rencana memperluas Bandara Sorkarno-Hatta, Tangerang, di atas lahan reklamasi. Lahan yang diperlukan sekitar 2.000 hektare, lokasinya sekitar 10-15 km dari bandara saat ini dengan anggaran mencapai Rp 100 triliun.
Kenapa diperluas?