Mohon tunggu...
Denis SeliAfrizal
Denis SeliAfrizal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya adalah olahraga dalam bidang volly

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahaya Merokok

7 Desember 2023   20:23 Diperbarui: 7 Desember 2023   20:36 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sedangkan merokok adalah suatu kebiasaan menghisap rokok yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa dihindari bagi orang yang mengalami kencenderungan terhadap rokok. Para perokok memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak merokok. Sedangkan Menurut Fatia, (2001) menyatakan bahwa alasan orang merokok yaitu karena gengsi, ingin terlihat macho (keren), iseng-iseng, agar terlihat sudah dewasa dan cari perhatian dengan orang lain. Ada juga dampak yang akan dirasakan para perokok yaitu sugesti yang bersifat psikologis. Dampak psikologis dapat dirasakan secara langsung, contohnya terlihat lebih keren, lebih percaya diri, lebih tenang, dan dampak menyenangkan lainnya.

Kebiasaan merokok tidak hanya kita jumpai dikalangan orang dewasa saja tetapi di zaman sekarang anak kecil dan remaja juga melakukan kebiasaan tersebut, bahkan kebanyakan orang merokok didunia terdapat dikalangan remaja salah satunya di Indonesia yang menempati peringkat pertama pengonsumsi rokok. Hal tersebut dapat di lihat dari data World Health Organization menunjukkan perilaku merokok remaja pada usia 13-15 diseluruh dunia pada tahun 2000-2018 mencapai 7% atau lebih dari 24 juta telah mengkonsumsi rokok (WHO, 2018). Data The ASEAN Tobacco Control Atlas menunjukkan Indonesia peringkat pertama sebagai negara dengan perokok terbanyak di ASEAN (Tan Yen Lian & Ulysses Dorotheo, 2018). Data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan adanya peningkatan prevalensi merokok pada populasi usia 10-18 tahun, pada tahun 2013 sebesar 7,2%, 2016 sebesar 8,8% dan pada tahun 2018 mencapai 9,1%, selain itu prevalensi merokok pada tahun populasi usia lebih dari 10 tahun di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 25% pada tahun 2013 (Kementerian Kesehatan RI, 2013) dan Meningkatkan menjadi 27,5% pada tahun 2018 (BALITBANGKES, 2018).

Terdapat aspek-aspek dalam orang merokok yaitu fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari, intensitas merokok, tempat merokok, dan waktu merokok. Fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari dapat berkaitan dengan masa mencari jati diri dalam diri seseorang. Fungsi merokok ditunjukkan dengan perasaan yang dialami si perokok, seperti perasaan yang positif maupun negatif. Intesitas merokok dapat diklasifikasikan berdasarkan rokok yang dihisap yaitu perokok yang menghisap 15 batang dalam seharinya dapat dikatakan sebagai perokok berat, perokok yang menghisap rokok 5-14 batang dalam seharinya dapat dikatakan sebagai perokok sedang, perokok yang menghisap 1-4 batang dalam seharinya dapat dikatakan sebagai perokok ringan. Tempat merokok terdapat dua tipe yaitu merokok umum dan merokok di tempat yang bersifat pribadi. 

Dalam merokok umum di bagi menjadi dua yaitu 1) Kelompok sesama perokok, secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Walaupun merokoknya bergerombol mereka masih menghargai orang lain ,oleh sebab itu mereka dapat menempatkan diri di smoking area. 2) Kelompok yang merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll). Biasanya perokok dengan tipe ini melakukan aktivitas merokok disembarang tempat. Sedangkan merokok di tempat yang bersifat pribadi juga dibagi menjadi dua yaitu 1) Merokok di kantor atau di kamar tidur pribadi. Tipe ini dapat digolongkan sebagai individu yang kurang menjaga kebersihan diri dan perasaannya penuh dengan kegelisahan yang mendalam. 2) Merokok di toilet. Tipe ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi. Selanjutnya terdapat waktu merokok yang dipengaruhi oleh keadaan yang sedang dialaminya pada saat itu, misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang dingin, setelah dimarahin orang tua dan banyak pikiran, sakit hati dan lain sebagainya.

            Terdapat 6 faktor yang mempengaruhi seseorang merokok yaitu yang pertama faktor biologis yang menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok. Kedua yaitu faktor psikologis yang bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dalat memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi seseorang yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari. Ketiga yaitu faktor lingkungan sosial yang sangat berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian individu pada perokok. Seseorang akan berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya. 

Keempat yaitu faktor demografis, pada faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada usia dewasa semakin banyak, akan tetapi pengaruh jenis kelamin zaman sekarang sudah tidak terlalu berperan karena baik pria maupun wanita sekarang sudah merokok. Kelima yaitu faktor sosial-kultural, faktor ini akan memperngaruhi perilaku merokok pada seseorang karena kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan, dan gengsi pekerjaan. Keenam yaitu faktor politik, faktor ini dapat menambahkan kesadaran umum yang berakibat pada langkah-langkah politik yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok. Merokok menjadi masalah yang bertambah besar di negara-negara berkembang seperti di Indonesia.

            Merokok juga memiliki dampak yang membahayakan bagi seseorang baik secara psikologis maupun secara sosial. Dampak dari merokok yaitu memicu kerja dari susunan syaraf pusat, susunan syaraf simpatis sehingga jika dihentikan secara tiba-tiba akan menimbulkan stres. Merokok merupakan salah satu konformitas yang bersifat negatif. Seseorang mulai merokok karena ingin diidentifikasikan dengan sebayanya atau ingin diakui. Apabila dalam suatu kelompok pertemanan remaja telah melakukan kegiatan merokok maka individu yang beranjak dewasa merasa harus melakukan juga.

SUMBER:

Libuka, M., Suyono, H., & Tentama, F. (2019, November). Dinamika psikologis intensi merokok pada remaja. In Prosiding Seminar Nasional Magister Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (pp. 173-181). 

https://dupakdosen.usu.ac.id/handle/123456789/3642

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun