Kemarau panjang di tahun ini memiliki dampak yang signifikan pada berbagai sektor, termasuk pertanian, kesehatan, dan peternakan dan lain-lain. Sampai pertengahan Oktober ini, kekeringan masih melanda di berbagai daerah.
Dari segi astronomi, Indonesia mempunyai iklim tropis yang berarti Indonesia menerima sinar matahari lebih banyak dibandingkan wilayah yang tidak dilewati garis khatulistiwa. Karena iklim tropisnya, Indonesia hanya mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Di tengah musim, Indonesia terkadang mengalami kelebihan pasokan air, namun juga menghadapi kekeringan berkepanjangan.
Akibat dari kemarau yang Panjang berdampak kepada kekeringan sumber air untuk membutuhi kehidupan sehari-hari. Tentunya dengan kemarau yang Panjang ini membuat minimnya air bersih disetiap daerah, banyak juga tanaman yang mati kemudian gagal panen akibat dari kemarau tersebut.
Masyarakat petani yang harus menerima resiko ketika kemarau ini datang, dan entah sampai kapan selesainya. Karena mereka (petani) menanam tanaman sayur-sayuran, buah-buahan dan lain-lain harus menyiramnya dengan air setiap saat, agar tetap tumbuh dan segar sampai waktunya dipanen. Dengan datangnya cuaca kemarau, mereka (petani) tidak bisa berbuat banyak pada tanaman yang ia tanam. Karena minimnya sumber air.
Bahkan, banyak juga dari sebagian orang di daerah yang terkena kemarau enggan untuk melakukan aktifitas seperti biasnya akibat dari suhu yang tidak seperti biasanya. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis daftar kota terpanas di Indonesia pada 4 Oktober 2023 pukul 07.00 WIB hingga 5 Oktober 2023 pukul 07.00 WIB. Berdasarkan laporan suhu maksimum harian di Indonesia yang dirilis melalui akun Instagram resmi (@infobmkg), Kertajati, Majalengka, Jawa Barat adalah kota terpanas di Indonesia dengan catatan suhu tertinggi 37,4 derajat Celsius.
Rendahnya curah hujan ini bertepatan dengan dimulainya puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia. Selain itu, ada fenomena iklim El Nino yang akan memicu cuaca sangat panas pada Agustus hingga Oktober 2023.
Disaat cuaca kemarau yang melanda Indonesia pada tahun ini, kita harus banyak-banyak belajar untuk mengatasi keamarau yang akan datang. Menurutku kita tidak harus membangun rumah di daerah yang terlihat sudah padat penduduknya. Karena, dengan penduduk yang padat dan bangunan yang padat dapat menyebabkan sumber air minim ketika kemarau datang. Ini juga disebabkan karena kurangnya pepohonan di daerah yang memiliki bangunan yang padat. Maka dari itu kita harus bijak dalam memilih lokasi untuk membangun sebuah bangunan.
Langkah lainnya adalah dengan melakukan proses reboisasi dan konversi lahan, khususnya di wilayah yang sering terkena cuaca kemarau. Kehadiran tanaman tersebut di lahan terbuka akan mampu menjaga dan mengikat partikel tanah saat hujan. Selain itu, memperbanyak hutan kota di perkotaan. Pengembangan hutan kota dapat memulihkan ekologi yang ada. Selain memberikan perlindungan matahari dan rekreasi, hutan kota yang ada juga dapat menjernihkan udara perkotaan dan tentunya meningkatkan ketersediaan air.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H