Jajan adalah bagian dari masa kecil kita semua. Bagi anak-anak jajan adalah bagian dari proses menikmati masa kecil yang belum tersentuh tanggung jawab sosial apa lagi finansial.
Meskipun orang tua malah pusing, setiap hari dimintai uang untuk jajan, anak-anak tetap santai, tanpa rasa bersalah tetap jajan dan menikmatinya bersama teman-teman.
Ada banyak macam jajanan yang saya jumpai saat kecil dulu. Mulai dari permen, kue-kue tradisional, cilok, dan sebagainya. Tapi ada satu jajanan yang begitu membekas dalam kenangan saya, es lilin kacang hijau.
Saya ingat betul rasanya yang manis dan dingin, serta tekstur kacang hijau yang lembut. Es lilin kacang hijau ini paling enak dinikmati setelah lelah bermain kejar-kejaran atau bersepeda keliling kampung.
Berawal dari ketidaksengajaan
Es lilin yang biasanya kita jumpai berbentuk seperti stik, ada yang panjang, ada pula yang pendek. Bentuk seperti ini bisa kita samakan dengan "ice lolly", atau es loli.
Es loli atau es lilin pertama  -- dengan pegangan stik -- secara tidak sengaja ditemukan oleh seorang Amerika berusia 11 tahun pada tahun 1905. Frank Epperson meninggalkan gelas berisi air, bubuk soda, dan tongkat pengaduk kayu di luar semalaman. Ia lantas menemukan bahwa es yang tidak sengaja dibuat itu ternyata sangat lezat.
Es loli di Indonesia sendiri mulai muncul pada masa kolonial Belanda. Es loli atau es lilin yang dalam Bahasa Belanda disebut "ijslolly". Es lilin kemudian semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia.
Dalam perkembangannya, es lilin memiliki beberapa variasi komposisi dan rasa. Misalnya, ada es lilin dengan potongan buah, hingga yang lebih kekinian seperti es lilin matcha latte.
Es lilin kacang hijau adalah salah satu varian yang bisa dibilang legendaris. Selain karena rasanya yang enak, bahan-bahan pembuatannya pun tidak sukar diperoleh.
Oleh karena itu, es lilin kacang hijau banyak sekali dijumpai di sekolah-sekolah, dan di warung-warung saat saya kecil dulu.