Mohon tunggu...
Deni Lorenza
Deni Lorenza Mohon Tunggu... Lainnya - penulis

Seorang penulis berdedikasi yang mengeksplorasi pengembangan diri dan perubahan hidup melalui tulisan yang inspiratif dan berbasis penelitian ilmiah.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Berpose: Ekspresi Diri Yang Lebih Dari Sekedar Penampilan

5 Februari 2025   06:03 Diperbarui: 5 Februari 2025   06:03 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dunia yang semakin terhubung ini, selfie telah menjadi cara banyak orang untuk mengekspresikan diri. Namun, ada sebuah pertanyaan yang sering muncul setiap kali seseorang memutuskan untuk berpose di depan kamera: "Apa sudut swafoto terbaik saya?" Meskipun terdengar sepele, pertanyaan ini sering kali menggiring pada perasaan canggung atau kebingungan tentang bagaimana seharusnya berpose di depan kamera. Hal ini mungkin disebabkan oleh banyaknya standar kecantikan yang tersebar di masyarakat atau perasaan tidak tahu harus berbuat apa dengan tubuh saat sedang difoto.

Bagi banyak orang, berpose adalah sesuatu yang menakutkan. Mereka merasa harus mengikuti aturan-aturan tertentu untuk terlihat baik di foto, padahal yang sebenarnya terjadi adalah mereka tidak tahu bagaimana caranya mengekspresikan diri mereka secara alami. Namun, jika dilihat dari perspektif yang berbeda, berpose bukanlah tentang menyempurnakan fisik atau mengikuti standar orang lain. Berpose seharusnya menjadi cara untuk menunjukkan diri kita apa adanya, mengekspresikan perasaan, dan berbicara melalui bahasa tubuh yang telah kita pelajari sepanjang hidup.

Seorang fotografer bernama David memiliki pengalaman yang dapat memberikan wawasan lebih dalam tentang hal ini. Dulu, di masa SMA, David merasa sangat canggung setiap kali harus berpose di depan kamera. Seperti banyak orang lainnya, dia merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan tubuhnya. Bahkan saat mengambil foto bersama teman-temannya, David selalu merasa seperti anak pemalu yang bersembunyi di balik kamera. Dia ingin sekali terlihat baik di foto, tetapi dia merasa canggung dan bingung.

Suatu hari, David mencari jawaban atas kebingungannya. Dia pergi ke Google dan mengetikkan kata kunci "tiga pose teratas untuk wanita," berharap ada trik sederhana yang bisa diikuti untuk mendapatkan foto yang sempurna. Namun, meskipun dia menemukan banyak saran dan panduan berpose, David akhirnya menyadari bahwa berpose tidak bisa diseragamkan untuk semua orang. Semua orang memiliki tubuh yang berbeda, dan cara mereka ingin berpose pun sangat bergantung pada perasaan mereka tentang diri sendiri dan bagaimana mereka ingin dilihat oleh orang lain.

Melalui pengalaman itu, David belajar bahwa berpose bukanlah tentang mengikuti aturan atau standar tertentu. Bahkan jika dua orang memiliki tipe tubuh yang sama, mereka bisa saja memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang bagaimana mereka ingin terlihat di foto. Berpose lebih dari sekadar menyesuaikan diri dengan apa yang dianggap "benar" menurut panduan berpose yang ada. Ini adalah tentang mengekspresikan diri, tentang menemukan cara untuk merasa nyaman dan percaya diri dengan tubuh kita sendiri.

Berpose sebenarnya adalah sebuah bentuk ekspresi diri. Itu adalah cara untuk memberi tahu dunia siapa kita sebenarnya, tanpa perlu merasa tertekan oleh standar kecantikan atau panduan yang tidak sesuai dengan siapa kita. David menyadari bahwa berpose adalah cara untuk menunjukkan bahwa dia berhak untuk ada, bahwa dia layak untuk dilihat, dan bahwa dia berhak merasa bangga dengan dirinya sendiri. Ini adalah deklarasi diri yang mengatakan, "Saya ada di sini, dan saya layak untuk dilihat."

Suatu hari, David memiliki kesempatan untuk belajar lebih dalam tentang berpose melalui seorang klien yang cukup menginspirasi. Klien ini adalah seorang mantan dominatrix yang kini menjadi penulis. Ketika David bertanya apakah dia ingin difoto dengan cara tertentu, klien itu dengan tegas menjawab bahwa dia ingin terlihat seperti seorang "pembunuh biseksual." Awalnya, David merasa bingung dan tidak tahu harus bagaimana. Namun, dia memutuskan untuk tetap mengikuti proses dan memberi ruang bagi kliennya untuk mengekspresikan diri.

Dengan bimbingan David, klien tersebut belajar bagaimana mengarahkan tubuhnya dan merasakan energi yang ada dalam dirinya. Hasilnya, foto yang diambil benar-benar mencerminkan siapa dirinya, tanpa perlu mengikuti standar atau panduan berpose yang kaku. Itu adalah pelajaran berharga bagi David. Ia menyadari bahwa berpose bukan tentang mengubah diri kita agar sesuai dengan harapan orang lain, tetapi tentang memberi ruang untuk menjadi diri sendiri. Foto tersebut bukan hanya sekadar gambar, tetapi sebuah bentuk penerimaan diri dan ekspresi autentik dari siapa klien itu sebenarnya.

Kisah klien ini mengajarkan bahwa berpose bukanlah tentang mencari kesempurnaan fisik, melainkan tentang menemukan cara untuk merasa nyaman dengan diri sendiri dan menunjukkan siapa kita sebenarnya. Tidak ada satu cara berpose yang benar untuk semua orang. Berpose adalah cara kita berbicara dengan dunia, memberi tahu dunia siapa kita, dan mengungkapkan diri kita melalui tubuh kita.

David kini memandang berpose sebagai alat untuk mengekspresikan siapa dirinya saat ini dan siapa yang ia ingin menjadi di masa depan. Ia tidak lagi melihat berpose sebagai upaya untuk memenuhi standar kecantikan atau memaksakan diri untuk menjadi seseorang yang tidak ia inginkan. Sebaliknya, berpose telah menjadi bagian dari perjalanan penerimaan diri dan ekspresi diri yang lebih mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun