Mohon tunggu...
Deni Lorenza
Deni Lorenza Mohon Tunggu... Lainnya - penulis

Seorang penulis berdedikasi yang mengeksplorasi pengembangan diri dan perubahan hidup melalui tulisan yang inspiratif dan berbasis penelitian ilmiah.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kekuatan Pertanyaan Yang Mendalam: Kunci Untuk Terhubung dengan Sesama

2 Februari 2025   14:37 Diperbarui: 2 Februari 2025   14:37 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayangkan suatu hari Anda sedang berjalan di taman atau menunggu di halte bus. Anda melihat seseorang duduk sendirian, tampak sedang melamun. Pernahkah terpikir untuk mendekatinya dan bertanya sesuatu yang dalam, sesuatu yang benar-benar membuka ruang untuk memahami satu sama lain? Mungkin pertanyaan seperti, "Kapan terakhir kali Anda menangis di depan seseorang?"

Sepertinya tidak, bukan? Karena bagi kebanyakan dari kita, percakapan semacam ini terasa menakutkan. Kita tidak terbiasa berbicara tentang emosi, terutama dengan orang asing. Tapi bagaimana jika saya mengatakan bahwa melakukan hal ini justru bisa membawa manfaat luar biasa dalam kehidupan kita? Bahwa percakapan yang mendalam bisa menciptakan hubungan yang lebih bermakna dan memperbaiki cara kita berkomunikasi dengan orang lain?

Saya ingin berbagi pengalaman seorang jurnalis yang telah menikah selama 20 tahun. Setiap kali ia pulang kerja dan mengeluhkan harinya yang buruk, istrinya merespons dengan solusi logis. "Kenapa tidak makan siang dengan bosmu?" ujarnya. Alih-alih merasa terbantu, sang jurnalis justru semakin kesal. Ia ingin istrinya marah bersamanya, bukan memberinya saran. Mereka terjebak dalam pola komunikasi yang tidak efektif karena keduanya sedang melakukan dua percakapan yang berbeda: satu bersifat emosional, satu bersifat praktis.

Para peneliti komunikasi menemukan bahwa setiap percakapan sebenarnya memiliki tiga lapisan: praktis, emosional, dan sosial. Percakapan praktis berfokus pada solusi, percakapan emosional berpusat pada perasaan, sedangkan percakapan sosial berhubungan dengan identitas kita. Ketika dua orang berbicara dalam dimensi yang berbeda, mereka sering kali merasa tidak didengar atau tidak dipahami.

Lalu, bagaimana cara memperbaiki pola komunikasi kita? Salah satu cara terbaik adalah dengan mengajukan pertanyaan yang mendalam, yang mengundang orang lain berbicara tentang nilai dan pengalaman mereka. Misalnya, daripada bertanya, "Di mana kamu bekerja?", lebih baik bertanya, "Apa yang paling kamu sukai dari pekerjaanmu?" Pertanyaan semacam ini membuka ruang untuk koneksi yang lebih dalam dan bermakna.

Seorang dokter bedah di New York City, Dr. Behfar Ehdaie, mengalami masalah serupa. Ia sering kali menyarankan pasien kanker prostatnya untuk tidak menjalani operasi karena risiko yang lebih besar dibanding manfaatnya. Namun, hampir semua pasiennya tetap bersikeras ingin dioperasi. Sampai akhirnya, ia bertanya, "Apa arti diagnosis kanker ini bagi Anda?" Seorang pasien kemudian bercerita tentang ketakutannya menjadi beban bagi keluarganya, tentang kekhawatiran terhadap pekerjaannya, dan tentang kenangan kehilangan ayahnya di usia muda. Dengan memahami perasaan pasiennya, Dr. Ehdaie bisa menyesuaikan komunikasinya sehingga pasien lebih mau mempertimbangkan sarannya.

Ini membuktikan bahwa bertanya dengan cara yang tepat bisa mengubah hasil percakapan. Orang-orang yang berhasil membangun hubungan baik bukanlah mereka yang lebih pintar atau lebih ramah, melainkan mereka yang tahu cara bertanya dan mendengarkan. Mereka disebut "komunikator super," orang-orang yang tahu kapan harus menyesuaikan jenis percakapan yang mereka lakukan.

Lalu, bagaimana dengan eksperimen yang disebutkan di awal? Para peneliti telah mencoba meminta orang-orang bertanya kepada orang asing tentang terakhir kali mereka menangis. Hasilnya? Hampir semua peserta awalnya merasa canggung dan enggan melakukannya. Namun setelah mereka benar-benar berbicara, mereka merasa lebih terhubung dengan orang asing itu dibanding dengan kebanyakan orang dalam hidup mereka. Mereka merasa lebih peduli dan lebih dipedulikan.

Mengapa ini bisa terjadi? Karena pertanyaan yang mendalam memungkinkan kita untuk menjadi rentan. Ketika kita membuka diri dan orang lain membalas dengan kejujuran yang sama, hubungan yang lebih tulus pun terbentuk. Kerentanan, meskipun tampak menakutkan, sebenarnya adalah kunci dari koneksi manusia yang sejati.

Saat ini, kita hidup di dunia yang semakin terpolarisasi. Banyak orang merasa kesepian, meskipun kita lebih terhubung secara teknologi dibanding sebelumnya. Tapi percakapan yang nyata, yang mendalam, masih langka. Kita perlu mengingat bahwa berbicara bukan hanya soal bertukar kata, tetapi juga soal memahami, mendengarkan, dan terhubung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun