Mohon tunggu...
Deni Lorenza
Deni Lorenza Mohon Tunggu... Lainnya - penulis

Seorang penulis berdedikasi yang mengeksplorasi pengembangan diri dan perubahan hidup melalui tulisan yang inspiratif dan berbasis penelitian ilmiah.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dampak Limbah Makanan dan Solusi Menguranginya: Apa yang Bisa Kita Lakukan?

15 September 2024   06:57 Diperbarui: 15 September 2024   07:02 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Limbah makanan adalah masalah besar yang seringkali tidak kita sadari. Meskipun tampaknya sepele, makanan yang terbuang ternyata memiliki dampak yang sangat luas, tidak hanya bagi ekonomi tetapi juga terhadap lingkungan dan sumber daya alam kita. Dana Gunders, seorang ahli di bidang ini, menjelaskan bahwa limbah makanan adalah masalah yang bersifat sistemik. Artinya, ini bukan hanya tentang bagaimana kita secara individu menangani sisa makanan di rumah, tetapi juga bagaimana seluruh sistem pangan global bekerja.

Setiap hari, ada sekitar 1 miliar makanan yang terbuang di seluruh dunia. Jumlah ini setara dengan memberi makan setiap orang yang kelaparan di planet ini. Secara ekonomi, nilai makanan yang terbuang ini mencapai sekitar $1 triliun per tahun. Ini adalah angka yang sangat besar, yang mencerminkan seberapa banyak makanan yang sebenarnya bisa dimanfaatkan namun justru berakhir di tempat sampah.

Selain itu, limbah makanan memberikan dampak serius terhadap lingkungan. Sisa-sisa makanan yang membusuk di tempat pembuangan akhir menghasilkan gas metana, salah satu gas rumah kaca yang paling kuat. Bahkan, emisi gas rumah kaca dari limbah makanan lima kali lebih banyak dibandingkan dengan seluruh industri penerbangan. Di Amerika Serikat sendiri, hampir 60% emisi metana dari tempat pembuangan akhir berasal dari makanan yang membusuk.

Limbah makanan juga berarti penggunaan sumber daya yang sia-sia. Setiap makanan yang diproduksi membutuhkan lahan, air, energi, dan tenaga kerja. Jika kita bisa mengurangi limbah makanan, kita bisa menghemat lahan seluas Argentina yang saat ini digunakan untuk pertanian. Kita juga bisa melindungi sepertiga dari keanekaragaman hayati yang diperkirakan akan hilang akibat konversi lahan untuk produksi pangan.

Namun, mengapa limbah makanan ini bisa terjadi begitu besar? Salah satu alasan utamanya adalah kurangnya pengukuran yang tepat. Limbah makanan sering kali tidak terlihat karena tidak diukur dengan baik, yang menyebabkan kurangnya pengelolaan. Selain itu, faktor ekonomi juga berperan. Di beberapa wilayah, harga makanan yang murah dan biaya pembuangan yang rendah mendorong pemborosan. Di tempat lain, infrastruktur yang tidak memadai, seperti fasilitas pendingin yang buruk, membuat makanan cepat rusak sebelum sampai ke konsumen.

Ada juga faktor budaya dan perilaku yang turut memengaruhi. Ketakutan akan kelangkaan makanan atau keracunan membuat banyak orang membeli makanan berlebih atau membuangnya terlalu cepat. Bahkan di tingkat rumah tangga, makanan yang tidak dimakan oleh anak-anak atau sisa-sisa makanan sering kali berakhir di tempat sampah.

Namun, bukan berarti kita tidak bisa melakukan apa-apa. Ada banyak solusi yang bisa diterapkan untuk mengurangi limbah makanan ini. Pertama, tentu saja adalah pencegahan. Cara yang paling efisien dan ramah lingkungan adalah dengan mencegah limbah makanan terjadi sejak awal. Ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti menggunakan teknologi dan inovasi. Misalnya, sebuah perusahaan di Nigeria, Cold Hubs, membangun ruangan pendingin bertenaga surya di pasar-pasar tanpa listrik untuk memperpanjang umur simpan makanan dan mengurangi limbah.

Contoh lainnya adalah aplikasi Too Good To Go yang memungkinkan restoran dan toko menjual makanan dengan harga diskon sebelum makanan tersebut dibuang. Aplikasi ini berhasil menyelamatkan jutaan makanan dari tempat sampah. Ada juga Compass Group, perusahaan layanan makanan terbesar di dunia, yang menerapkan berbagai strategi seperti ukuran porsi yang lebih kecil dan wadah yang lebih kecil untuk mengurangi limbah.

Selain itu, banyak negara dan perusahaan di seluruh dunia yang berkomitmen untuk mengurangi limbah makanan hingga setengahnya pada tahun 2030, sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB. Meskipun demikian, kemajuan menuju tujuan ini masih lambat dan membutuhkan lebih banyak investasi serta inovasi. Beberapa contoh langkah kebijakan yang diambil termasuk undang-undang di Ekuador, Jepang, Prancis, dan beberapa bagian Amerika Serikat yang membatasi makanan dari pembuangan akhir dan mempromosikan kompos.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan sebagai individu? Ada beberapa langkah sederhana yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurangi limbah makanan:

  1. Belanja dengan Bijak: Rencanakan menu dan buat daftar belanja untuk menghindari pembelian berlebihan.
  2. Cintai Sisa Makanan: Manfaatkan sisa makanan dengan kreatif daripada membuangnya.
  3. Gunakan Freezer: Manfaatkan lemari pendingin untuk memperpanjang masa simpan bahan makanan yang mudah rusak.
  4. Gunakan Semua Bahan: Buatlah hidangan dengan memanfaatkan bahan-bahan yang sudah ada di rumah.
  5. Pahami Label Makanan: Tanggal "Baik Sebelum" atau "Nikmati Sebelum" tidak selalu merupakan indikator keamanan makanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun