Mohon tunggu...
Deni Lorenza
Deni Lorenza Mohon Tunggu... Lainnya - penulis

Seorang penulis berdedikasi yang mengeksplorasi pengembangan diri dan perubahan hidup melalui tulisan yang inspiratif dan berbasis penelitian ilmiah.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Memperbaiki Hubungan dengan Anak: Mengapa dan Bagaimana

8 Agustus 2024   21:00 Diperbarui: 8 Agustus 2024   21:03 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: ideogram.ai

Pada suatu malam Minggu, di dapur rumah keluarga Sari, Sari baru saja selesai memasak makan malam untuk keluarganya. Dia merasa sangat lelah, beberapa malam terakhir tidurnya tidak nyenyak. Pikiran tentang minggu kerja yang akan datang membuatnya cemas, ditambah daftar tugas yang belum selesai semakin membebani pikirannya.

Tiba-tiba, anaknya, Rian, masuk ke dapur. Dia melihat meja makan dan langsung mengeluh, "Ayam lagi? Ini menjijikkan." Mendengar itu, Sari tidak bisa menahan diri lagi. Dengan suara tinggi, dia berteriak, "Apa yang salah denganmu? Bisakah kamu sekali-sekali bersyukur?" Situasi pun semakin memanas. Rian berteriak balik, "Aku benci kamu," kemudian lari ke kamarnya dan membanting pintu.

Sari merasa hancur. Dia mulai menyalahkan dirinya sendiri, berpikir, "Apa yang salah dengan diriku? Apakah aku sudah merusak anakku selamanya?" Sebagai seorang psikolog klinis yang spesialisasinya adalah membantu orang tua menjadi lebih baik, kejadian ini menambah rasa malu yang dia rasakan. Dia menyadari bahwa tidak ada orang tua yang sempurna. Kesalahan dan tantangan selalu ada dalam peran sebagai orang tua, namun tidak ada yang memberi tahu apa yang harus dilakukan setelah terjadi kesalahan seperti ini.

Sari bertanya-tanya, apakah sebaiknya dia berpura-pura semua baik-baik saja? Atau jika dia ingin membicarakannya, apa yang harus dia katakan? Sebagai psikolog, dia sering melihat kliennya yang bergelut dengan pertanyaan ini. Dan sekarang, sebagai pendiri platform komunitas parenting "Good Inside," dia melihat jutaan orang tua di seluruh dunia menghadapi masalah yang sama. Semua orang tua pasti pernah berteriak, tetapi tidak ada yang tahu apa yang harus dilakukan setelahnya.

Sari merasa bahwa inilah kesempatannya untuk mengisi celah ini. Sari tahu bahwa hampir tidak ada yang lebih berdampak dalam hubungan interpersonal selain perbaikan. Setiap kali ada orang tua yang bertanya padanya, "Strategi parenting apa yang sebaiknya aku fokuskan?" Sari selalu memberikan jawaban yang sama: "Jadilah ahli dalam memperbaiki."

Jadi, apa itu perbaikan? Perbaikan adalah tindakan kembali ke momen ketidaknyamanan, mengambil tanggung jawab atas perilaku kita, dan mengakui dampaknya pada orang lain. Dan Sari ingin membedakan perbaikan dari permintaan maaf. Permintaan maaf sering kali tampak menutup percakapan---"Maaf aku berteriak. Bisakah kita melupakan kejadian ini?"---sedangkan perbaikan yang baik justru membuka percakapan.

Dalam kejadian malam itu, Rian sendirian di kamar, merasa kewalahan dan tidak aman karena ibunya baru saja berubah menjadi sosok menakutkan. Jika Sari tidak memperbaiki situasi itu, Rian akan mengandalkan mekanisme coping yang dia miliki, yaitu menyalahkan diri sendiri. Self-blame itu berbahaya karena bisa membuat anak merasa ada yang salah dengan dirinya, merasa tidak dicintai, dan percaya bahwa dia penyebab masalah.

Hal ini mungkin bekerja saat anak-anak, tetapi saat dewasa, self-blame bisa membuat mereka rentan terhadap depresi, kecemasan, dan perasaan tidak berharga. Dan tentu, Sari tidak ingin itu terjadi pada Rian. Dia tahu bahwa dia bisa melakukan yang lebih baik. Ketika dia memperbaiki, dia tidak hanya menghapus cerita self-blame Rian, tapi juga menambahkan elemen yang hilang seperti rasa aman, koneksi, koherensi, cinta, dan kebaikan.

Langkah pertama adalah memperbaiki diri sendiri. Sari tahu bahwa dia tidak bisa menawarkan belas kasih atau pengertian kepada Rian sebelum dia mengakses kualitas tersebut dalam dirinya sendiri. Perbaikan diri berarti memisahkan identitasnya (siapa dia) dari perilakunya (apa yang dia lakukan). Baginya, itu berarti mengingatkan diri sendiri bahwa dua hal bisa benar sekaligus: dia tidak bangga dengan perilakunya yang terakhir, dan perilakunya yang terakhir tidak mendefinisikan dirinya.

Setelah itu, Sari bisa memperbaiki dengan Rian. Tidak ada formula yang pasti, tapi biasanya melibatkan tiga elemen: menyebutkan apa yang terjadi, mengambil tanggung jawab, dan menyatakan apa yang akan dia lakukan berbeda lain kali. Misalnya, "Hei, aku terus memikirkan apa yang terjadi malam itu di dapur. Aku minta maaf karena berteriak. Aku yakin itu terasa menakutkan, dan itu bukan salahmu. Aku sedang berusaha tetap tenang meskipun frustrasi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun