Mohon tunggu...
Deni Lorenza
Deni Lorenza Mohon Tunggu... Lainnya - penulis

Seorang penulis berdedikasi yang mengeksplorasi pengembangan diri dan perubahan hidup melalui tulisan yang inspiratif dan berbasis penelitian ilmiah.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Memilih antara Dua Tawaran Pekerjaan: Fokus pada Budaya Perusahaan

8 Agustus 2024   17:08 Diperbarui: 9 Agustus 2024   00:43 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: ideogram.ai

Selamat! Kamu akhirnya mendapatkan dua tawaran pekerjaan setelah berbulan-bulan melamar. Tapi bagaimana cara memilih yang terbaik? Banyak yang bilang pilihlah berdasarkan gaji atau posisi, tapi ada satu hal penting yang sering terlewatkan: budaya perusahaan. Artikel ini akan membantumu memahami mengapa budaya perusahaan sangat penting dan bagaimana mengetahuinya sebelum kamu menerima tawaran pekerjaan.

Marion, seorang penulis yang sangat mencintai budaya perusahaan, memandang dunia kerja dengan cara yang unik. Dia percaya bahwa dalam memilih pekerjaan, fokus utama seharusnya bukan pada gaji atau posisi, tetapi pada budaya perusahaan. Marion adalah seseorang yang berasal dari Tahiti, sebuah pulau di tengah-tengah Samudra Pasifik. Masa kecilnya dihabiskan di sana, menikmati keindahan pantai dan kelapa, serta keberagaman budaya yang ada di pulau tersebut. Kehidupan di Tahiti mengajarkan Marion pentingnya lingkungan yang mendukung dan penuh harmoni.

Suatu hari, Marion mendengar kabar dari seorang temannya, Junita, seorang pengacara berbakat. Junita sedang dihadapkan pada dua tawaran pekerjaan setelah berbulan-bulan melamar ke berbagai perusahaan. Meskipun ini adalah berita bagus, Junita merasa bingung harus memilih yang mana. Sebagian besar orang di sekitarnya menyarankan untuk memilih berdasarkan gaji tertinggi atau posisi yang paling bergengsi. Namun, Marion memiliki pandangan yang berbeda.

Marion mulai berbagi kisahnya sendiri dengan Junita. Ketika orang mendengar namanya, mereka biasanya menebak bahwa dia berasal dari Paris, ibu kota cinta. Namun, Marion selalu mengecewakan mereka dengan mengatakan bahwa dia berasal dari tempat yang lebih indah, yaitu Tahiti. Di sanalah Marion menghabiskan masa kecilnya, menikmati keberagaman budaya dan keharmonisan yang ada di pulau tersebut. Pengalaman ini membentuk pandangan Marion tentang pentingnya budaya dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam dunia kerja.

Melihat Junita yang kebingungan, Marion memberikan dua tips berharga yang dia yakini akan membantu temannya memilih pekerjaan yang tepat berdasarkan budaya perusahaan.

Tips pertama dari Marion adalah mengamati. "Amati seluruh proses rekrutmen," katanya. Menurut Marion, perusahaan akan berusaha menunjukkan sisi terbaik mereka selama proses rekrutmen. Mereka ingin menarik calon karyawan dan akan berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkannya. Marion menjelaskan bahwa jika ada hal-hal yang tidak disukai Junita selama proses ini, kemungkinan besar dia juga tidak akan menyukainya saat bekerja di sana.

Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk menjawab email atau bahkan memesan wawancara, itu menunjukkan bahwa budaya perusahaan tersebut mungkin lambat. Jika Junita mencari lingkungan kerja yang dinamis dan cepat, perusahaan seperti itu mungkin tidak cocok untuknya. Sebaliknya, jika Junita menyukai struktur dan proses yang lebih teratur, perusahaan dengan respons yang lambat mungkin lebih sesuai.

Marion juga mencontohkan bahwa jika dalam wawancara ada tiga orang yang mewawancarai Junita tetapi hanya satu yang berbicara, dan yang berbicara adalah bosnya, itu menunjukkan budaya perusahaan yang sangat hierarkis. Marion menjelaskan bahwa budaya hierarkis tidak buruk, tetapi Junita perlu tahu apakah dia menyukai budaya seperti itu atau tidak. Jika Junita mencari perusahaan dengan struktur yang lebih datar di mana dia bisa berbicara dan menantang status quo, perusahaan hierarkis mungkin bukan pilihan yang tepat.

Tips kedua yang diberikan Marion adalah mengajukan pertanyaan. "Ketika mereka bertanya, 'Apakah kamu punya pertanyaan?' kamu harus punya pertanyaan," kata Marion dengan tegas. Dia memberikan tiga pertanyaan yang akan membantu Junita memahami budaya perusahaan lebih dalam.

Pertanyaan pertama adalah, "Orang seperti apa yang dipromosikan di sini?" Marion menjelaskan bahwa jawaban atas pertanyaan ini akan memberi Junita gambaran tentang bagaimana perusahaan tersebut melihat potensi dan perkembangan karyawan. Jika tidak ada yang dipromosikan dalam setahun terakhir, itu bisa menjadi tanda bahwa peluang untuk berkembang di perusahaan tersebut mungkin terbatas. Namun, jika perusahaan mempromosikan orang berdasarkan kemampuan dan kontribusi mereka, itu menunjukkan budaya meritokrasi yang bisa menjadi tempat Junita berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun