Urusan parkir ternyata bisa membuat darah tinggi dan emosi jiwa loh. Hal tersebut berdasarkan pengalaman pribadi.tukang parkir yang mengatur dan mengarahkan. Eh, begitu ingin keluar ada yang muncul dan seenaknya minta uang parkir.
Bagaimana tidak emosi jiwa coba? Saat kita datang dan ingin parkir, entah itu di supermarket biasa maupun di beberapa area publik lainnnya, tidak ada"Waktu kita kesulitan mencari tempat parkir, situ kemana? Tahu-tahu minta uang parkir."
Kalau begini siapa yang tidak emosi? Saya sih. Ketika kondisi hati sedang tidak baik-baik saja, jadinya bertengkar dengan tukang parkir gara-gara uang dua ribu rupiah.
Kalau kondisi hati sedang senang sih biasa saja. Paling menggerutu di belakang. Ada lagi situasi di mana kita hanya sebentar saja parkir. Eh, tetap dimintai uang parkir. Kesalkan?
Biasanya saat ingin mengambil uang di ATM nih  Ternyata Atm-nya rusak. Jadi hanya melongok saja. Tetapi tetap saja kena uang parkir.
Hal tersebut biasanya terjadi di tempat yang parkirannya liar. Bukan menggunakan mesin parkir. Lha, kita mendatangi tempat yang tidak ada mesin parkirnya karena merasa hanya sebentar. Biar tidak kenaan uang parkir.
Ternyata kena uang parkir juga. Ya, karena ada tukang parkir siluman. Yang datang tiba-tiba. Kalau begitukan lebih baik dari awal mencari tempat yang ada mesin parkirnya.
Jelas-jelas  kena uang parkir begitu sudah masuk. Tidak emosi jiwa. Karena tahu-tahu dimintai uang parkir. Terhadap fenomena seperti ini. Saya setuju jika akan diterapkan legalisasi parkir liar.
Dari sisi konsumen, dengan diterapkannya sistem parkir yang jelas, kita tidak dibuat emosi jiwa lagi. Sejak awal sudah tahu, masuk berarti kenaan uang parkir.
Sementara dari sisi tukang parkirnya, sebaiknya mereka ditarik untuk menjadi penjaga parkir secara resmi. Sehingga ada status yang diakui dengan resmi.
Selama ini, sebagai tukang parkir liar kan banyak disumpahi orang karena kesal. Berdasarkan pandangan saya, dengan legalisasi parkir liar maka lebih meningkatkan derajat dan statusnya.