Bubur sumsum adalah makanan tradisional yang termasuk dalam jajaran bubur Nusantara. Sebagai masyarakat yang terlahir dari keluarga Jawa, saya sudah tidak asing dengan yang namanya bubur sumsum.
Bubur dengan tampilan warna putih yang dominan ini memang berasal dari Jawa. Khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bubur sumsum biasa disajikan berbarengan dengan acara pernikahan atau khitanan.Â
Jadi sejak kecil saya tak hanya mengenal bubur sumsum, tapi juga menyukainya. Bubur sumsum berwarna putih dan kental. Biasa dimakan dengan kinca gula merah. Bagi yang tidak suka santan bisa dicampur dengan susu.
Bagi masyarakat Jawa, bubur sumsum tak sekadar makanan, tapi juga sarat makna. Bubur sumsum biasanya dibuat usai menggelar hajatan dan dibagikan kepada tetangga yang telah membantu acara.
Selain untuk mempererat hubungan, bubur sumsum yang berwarna putih diibaratkan dengan tulang sumsum. Maka orang-orang yang telah membantu acara diyakini hilang rasa capeknya setelah memakan bubur sumsum yang diberikan.Â
Selain itu bubur sumsum juga dimaknai sebagai tanda ucapan terima kasih kepada mereka yang telah membantu hajatan.
Cara membuat bubur sumsum juga sangat mudah. Bahan yang digunakan berupa tepung beras dan sedikit tepung terigu. Dicampur dengan air santan atau susu cair bagi yang tidak suka santan.
Disajikan di atas mangkuk yang telah dituangi kinca gula merah. Bubur sumsum juga menjadi menu favorit saat bulan Ramadan. Bubur sumsum, makanan sederhana yang sarat makna. (Denik)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H