Kebetulan nenek saya sehari-harinya masih berpenampilan seperti itu. Berkain dan kebaya. Meski demikian nenek saya tetap lincah dan energik. Saya jadi terinspirasi.Â
Pada dasarnya saya pun senang dengan hal-hal yang berbau tradisional. Sesuatu yang unik, khas atau jadul. Maka ketika mulai mengikuti gaya berbusana nenek saya, berkain dan kebaya untuk keseharian tak ada rasa canggung.Â
Asik-asik saja dan nyaman-nyaman saja. Tak hanya untuk keseharian di rumah. Dalam beraktivitas pun saya biasakan untuk tetap mengenakan kain dan kebaya. Tinggal disesuaikan saja cara penggunaannya.
Ketika saya bersepeda, maka kain yang dikenakan harus sporty dan tidak menghalangi pergerakan saat mengayuh sepeda.Â
Ketika saya mengendarai sepeda motor pun demikian. Kain yang dikenakan harus leluasa untuk melangkah ke atas motor. Tidak ribet.Â
Sementara kain dan kebaya untuk acara resmi harus lebih anggun. Mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut. Jadi ada pembeda dalam urusan kenyamanan. Tidak asal mengenakan kain dan kebaya.
Pemilihan bahan
Selanjutnya pemilihan bahan kebaya. Kalau untuk pemakaian sehari-hari kebaya yang saya gunakan biasanya berbahan katun atau kain embos.
Sedangkan untuk acara semi resmi atau resmi biasanya kebaya dari bahan brokat atau kebaya dibordir. Dengan demikian ada kesan berbeda dari tiap pemakaian kebaya.Â
Selama bisa menyesuaikan dengan kondisi, saya rasa nyaman-nyaman saja berkain dan kebaya dalam keseharian. (Denik)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H