Kebaya. Busana tradisional yang umumnya dikenakan oleh perempuan Jawa, khususnya di lingkungan keraton. Mulai dari keluarga kerajaan sampai para dayang dan pegawai kerajaan umumnya mengenakan kain serta kebaya untuk keseharian mereka.
Dari itulah kain dan kebaya identik dengan busana khusus dengan kesan megah. Mereka yang mengenakan kebaya pun dalam berperilaku sehari-hari terlihat anggun, lembut, dan santun. Karena memang demikian yang dicontohkan oleh keluarga kerajaan.
Bagi masyarakat umum yang ingin juga berpenampilan bak putri-putri keraton, Â mengapresiasikan pemakaian busana tersebut dalam acara-acara tertentu. Seperti pernikahan, undangan kenegaraan, dan wisuda bagi mereka yang lulus perguruan tinggi.
Oleh karenanya bila melihat seseorang mengenakan kebaya, muncul pertanyaan.
"Mau kemana kebayaan begitu? Kondangan ya?"
Bagi masyarakat umum mengenakan kebaya biasanya untuk menghadiri acara pernikahan alias kondangan. Atau sebagai panitia pernikahan.
Ya, kebaya identik dengan acara kondangan. Tidak salah. Memang demikian adanya. Jadi jangan tersinggung jika ada yang bertanya seperti itu saat melihat kita mengenakan kebaya.
Saya sebagai perempuan berdarah Jawa yang juga gemar berkain dan kebaya tak luput dari pertanyaan di atas. Apalagi bisa dibilang hampir setiap ada kegiatan saya selalu mengenakan kain dan kebaya. Bisa dibayangkan berapa kali saya ditanya hal yang sama.
Risihkah saya?
Tidak sama sekali. Karena pada dasarnya saya senang berkain dan kebaya. Sebelum mengenal komunitas perempuan berkebaya dan adanya peringatan Hari Kebaya Nasional 24 Juli, saya sudah terbiasa mengenakan kain dan kebaya.Â