Mohon tunggu...
Denik13
Denik13 Mohon Tunggu... Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kenangan Bermain Layangan Bersama Bapak

14 Januari 2024   17:19 Diperbarui: 14 Januari 2024   17:23 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini 14 Januari diperingati sebagai hari Layang-layang Internasional. Bicara layang-layang, saya punya kenangan manis bersama bapak. Bapaklah yang mengajari saya cara memainkan layang-layang

Kok, anak perempuan mainnya layangan? Apa enggak salah tuh?

Ada tetangga yang bergumam seperti itu. Tapi bapak cuek saja. Menurut bapak, biar pun perempuan diupayakan bisa mengerjakan pekerjaan laki-laki. Begitu juga sebaliknya. Jadi kelak bisa saling membantu. Bisa saling mengisi satu sama lain.

Oleh karenanya bapak mengajari saya segala macam hal yang umumnya dilakukan oleh anak laki-laki. Mulai dari main bola, layang-layang, gundu, sampai permainan gasing. Bahkan memanjat pohon kelapa pun saya bisa. Dulu.

Semua permainan tersebut saya kuasai. Kan bapak yang mengajari. Makanya di sekolah saya bisa bergabung dengan teman laki-laki. Karena saya bisa mengikuti permainan mereka.

Justru mereka yang kadang menjemput saya untuk main bola atau layangan. Sepulang bermain bola atau layangan, biasanya bapak bertanya segala macam. Kemudian dievaluasi oleh bapak.

"Jadi koncomu yang jago layangan itu tidak berani lagi sama kamu. Kamu pakai cara bapak."

Demikian biasanya bapak memberi saran. Karena saya kan suka mengeluh kalau ada kawan yang lebih jago atau yang meremehkan. Bahkan bapak yang menyuruh saya aduan layangan. 

Bapak yang menyiapkan benang gelasannya. Bapak asah lagi benangnya agar lebih tajam. Setelah siap semua, saya disuruh ke lapangan. Bapak memperhatikan dari kebun di belakang rumah.

Beberapa kali saya menang aduan. Pokoknya seru sekali begitu pulang dan cerita pada bapak. Saya sih senang-senang saja. Tanpa berpikir buruk kenapa saya sebagai anak perempuan didik seperti anak laki-laki. Karena pada dasarnya saya menyukai semua permainan tersebut.

Beberapa tahun kemudian semua yang bapak ajarkan tersebut sangat berguna dalam hidup saya. Saya memiliki adik laki-laki ketika usia bapak sudah menjelang 60 tahun. Orang bilang kebobolan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun