Tak terasa satu pekan sudah berlalu dari hingar-bingar dan keriwehan syuting film Ngidam. Sebuah film pendek garapan teman-teman KOMiK. Komunitas Kompasianer pencinta film yang digawangi oleh mba Dewi Puspa.
Selama 3 hari berturut-turut para pemain, kru, dan tim produksi film Ngidam berjibaku dengan waktu. Bahkan ada yang tidak tidur karena sampai dini hari belum tuntas pekerjaan masing-masing.
Tidak terbayangkan bagaimana kerja keras mereka selama 3 hari masa syuting tersebut. Belum lagi kesibukan pekan-pekan sebelumnya seperti masa-masa perekrutan pemain atau saat open casting.
Saya tidak bisa membayangkan seperti apa kerja keras mereka. Saya yang kebetulan keciduk menjadi salah satu pemain yang bukan pemain utama saja merasakan riwehnya proses pembuatan film tersebut.
Karena masing-masing dari kita, saya dan mereka rata-rata memiliki kesibukan lain. Bukan pribadi yang kosong, artinya bukan orang yang duduk manis di rumah tidak ada aktivitas lain. Jadi kegiatan syuting film Ngidam merupakan pekerjaan lain di antara kegiatan utama.
Entah bagaimana mereka mengatur waktu dan jadwal kegiatan masing-masing. Yang jelas saya pribadi harus membagi waktu sesuai jadwal yang diberikan. Jika terpaksa tak apalah berbenturan atau bergesekan antara jadwal satu dengan jadwal lainnya.
Di atas semuanya, komitmen atas apa-apa yang sudah disanggupi satu hal yang saya jaga betul. Seperti keterlibatan saya dalam film Ngidam ini.Â
Satu hari sebelum jadwal syuting untuk peran yang saya mainkan. Kaki saya terserempet motor dan harus merelakan sepatu kesayangan dibuang.
Bagaimana tidak? Kalau sepatu yang saya kenakan sobek akibat gesekan ban motor. Bagian kaki yang terkena gesekan ban bukan main sakitnya. Sempat bengkak begitu tiba di rumah. Alhasil sepanjang malam saya mengompres kaki yang bengkak tersebut dengan air panas.
Supaya tidak bengkak dan rasa sakitnya hilang. Sebab esok paginya saya harus berangkat ke lokasi syuting dan akan mengenakan sepatu tinggi. Terbayangkan kalau rasa sakit ini tidak segera diatasi?