Yang jadi masalah adalah kendaraan yang ke arah Tangerang. Biasanya sudah penuh oleh orang yang pulang kerja. Kalau sudah begini yang namanya pelajar tersisihkan.
Jadilah semakin malam saya pulang ke rumah. Belum lagi terkena macet di jalan. Wah, pokoknya seperjuangan sekali zaman sekolah dulu.
Meski begitu rasanya senang-senang saja. Walau esoknya mesti bangun dan berangkat pagi-pagi sekali. Karena saya jalani semua dengan senang hati dan riang gembira.
Setelah lulus sekolah dan mulai bekerja dipelbagai tempat. Perlahan-lahan  terminal Blok M sudah bukan tempat persinggahan lagi.
Meski demikian semua yang pernah saya alami dan lalui di sana, tersimpan rapi di album memori hati ini. Tinggal tunggu diaduk-aduk maka akan muncul lagi semua kenangan di terminal Blok M.
Hal itulah yang saya rasakan kini. Ketika saya singgah lagi ke terminal Blok M, semuanya sudah berubah. Benar-benar seperti bangunan di kota tua. Sepi.
Dulu begitu turun ke lobi terminal, ramainya bukan main. Sekarang benar-benar sepi. Hanya petugas jaga yang terlihat dari kejauhan.
Lorong mall blok M sudah ditutup. Tidak boleh dilalui sama sekali. Lobi terminal tampak lengang. Hanya beberapa pedagang yang masih aktif berjualan di sana.
Lajur bus tak terlalu ramai seperti dulu. Dari 6 lajur yang ada, lajur 1 untuk bus Transjakarta yang selalu terlihat ramai. Sebab hanya bus Transjakarta yang kini banyak dipergunakan.
Seperti apa nasib terminal Blok M ke depannya? Entahlah. Hanya Tuhan dan pemerintah yang tahu. Yang abadi hanyalah kenangan.Â
Dan inilah kenangan saya tentang terminal Blok M.