Tanggal 21 Maret diperingati sebagai Hari Puisi Dunia. Tanggal 20 Maret merupakan hari lahir Sapardi Djoko Damono. Penyair dan penulis asal Indonesia. Dua momen yang berbarengan kaitannya dengan puisi.
Sejak kita kecil, seingat saya saat Sekolah Dasar deh. Kita sudah dikenalkan dan diajari membaca puisi. Terlepas dari suka atau tidak sukanya kita dengan puisi. Pada kenyataannya puisi sudah tidak asing dalam kehidupan kita.
Pada saat memasuki usia remaja dan pra dewasa. Puisi sudah bukan hal baru lagi. Bagi pecinta saatra arau setidaknya mereka yang senang membaca. Buku kumpulan puisi dari para penyair kenamaan bisa jadi makanan sehari-hari.
Kalau pun tidak demikian. Setidaknya kita pernah senyum-senyum sendiri manakala mendapati kutipan puisi di dalam surat cinta yang diterima. Jadi puisi bagian dari keseharian kita.
Banyak hal yang bisa dituangkan ke dalam puisi. Tak melulu terkait cinta. Tinggal tergantung kita dalam menangkap momen yang dilihat atau dirasakan.Â
Urusan bagus, apik atau sempurnanya puisi yang kita buat, tergantung jam terbang kita dalam menulis puisi.
Saya pribadi penyuka puisi. Pernah membaca puisi di depan publik. Tak hanya sekadar gugur kewajiban membaca puisinya karena tugas dari sekolah. Tapi bagi saya, Â urusan menulis puisi seperjuangan sekali loh. Artinya tidak mudah.
Meski demikian saya tetap berusaha untuk bisa menuangkan semua momen yang dirasakan ke dalam bentuk puisi. Nah, inilah beberapa puisi yang saya tulis.
Dalam jiwa yang tenang
Dalam hati yang damai
Tiada indah gelora
Tanpa adanya gejolak
           (Larindah, September 2004)
Tangisku tumpah
Rindu yang membuncah pecah
Seiring jingga yang luruh di langit Jepara