Nah, saat pulang kembali ke Tangerang barulah terjadi drama. Acara baru selesai jam 12 siang. Saya pikir bisalah terkejar sampai Jakarta malam hari. Perkiraan tiba di Jakarta pukul 11-12 malam. Karena waktu berangkat pukul 3 dini hari, sampai tujuan pukul 4 sore Kurang lebih 13 jam perjalanan.
Ternyata begitu tiba di daerah Pamanukan sekitar pukul 8 malam, saya merasa mengantuk sekali. Mungkin karena pagi sebelum acara usai, kegiatan saya di acara adalah hiking mengitari lereng Gunung Slamet. Seharusnya siang hari istirahat. Eh, ini malah melaju dengan motor.
Saya sempat bingung. Antara terus melaju atau istirahat dulu. Kalau melaju dengan rasa kantuk akan berbahaya. Apalagi saingan saya truk-truk dan tronton. Tapi kalau istirahat, tidak ada tempat yang asik. Akhirnya pilihan saya jatuh ke kantor polisi.
Kok?
Iya, tidak ada pilihan lagi. Meski bakal ribet nantinya karena bakal ditanya-tanya. Saya pikir bilang saja sejujurnya. Masa tidak mau menerima?. Maka begitulah. Saya datangi kantor polisi terdekat. Saya utarakan maksud dan tujuan ini.
Hasilnya?Â
Saya diterima dengan baik. Kemudian ditunjukkan ruang tidur tamu. Disitulah saya dipersilakan untuk beristirahat. Ya ampun. Saya pikir bisa ada tempat beristirahat yang aman sudah cukuplah. Ternyata malah diberikan fasilitas yang lebih dari cukup.
Esok harinya saya bisa melanjutkan perjalanan lagi dengan tubuh segar dan tiba kembali di rumah tanpa halangan berarti. Saya patut berterima kasih kepada polisi yang bertugas saat itu.
Jadi menginap di kantor polisi saat solo riding? Kenapa tidak. Justru lebih merasa aman. Iheeustirahat cukup. Barang-barang terjaga. Ada yang memiliki pengalaman yang sama jugakah? Yuk, sharing. (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H