Bapak Hadi Supeno. Saya mengenal beliau melalui Grup WA Glamping Sastra Indonesia. Selanjutnya bertemu secara langsung saat menghadiri acara Glamping Sastra Indonesia pada 2-3 Juli 2022 di Batu Raden, Jawa Tengah.
Kesan pertama yang saya tangkap dari sosoknya adalah ramah. Ya, beliau sosok yang ramah dan murah senyum. Dua hari satu malam berkegiatan bareng, entah berapa puluh kali beliau menyapa saya.
"Hallo Mba Denik!" (sambil tersenyum dan mengacungkan jempol)
"Iya, Pak."
Selalu begitu tiap kali kami berpapasan. Saat itu saya pikir biasa saja. Apalagi beliau bagian dari panitia. Memang sudah semestinya begitu toh. Ramah.
Dalam Glamping Sastra Indonesia di Batu Raden, beliau meluncurkan satu buku baru. Judulnya Spiritual Kata Ahmad Tohari. Tentu saya membeli bukunya juga.
Seperti biasa. Saya meminta bukunya ditandatangani. Selain itu saya juga meminta beliau untuk membubuhkan tandatangannya di helm. Ya, saya ke Batu Raden naik sepeda motor. Oleh karenanya saya minta tanda tangan di helm untuk kenang-kenang.
Sudah ada beberapa tandatangan penulis dan penyair kenamaan di helm saya. Salah satunya tandatangan bapak Ahmad Tohari.
Kembali ke cerita saya tentang bapak Hadi Supeno. Selama acara Glamping Sastra Indonesia di Batu Raden tersebut, interaksi saya dengan beliau dan istri cukup hangat. Dalam artian bisa guyon atau bercanda dengan lepas. Padahal kita baru bertemu.
Bahkan saya sempat menggoda beliau untuk berpose mesra dengan istri saat acara trekking di lereng Gunung Slamet.
"Ulang Pak. Kurang mesra fotonya. Bapak tarik tangan ibu ya? Iya, begitu. Satu, dua, tiga."