Tujuan mudik salah satunya untuk menjalin silaturahmi dengan sanak saudara. Nah, demi tujuan tersebut saya dan adik-adik mudik ke Lampung pada libur lebaran 2022 ini.
Berhubung jarak tempat tinggal saudara yang dikunjungi berjauhan, maka saya putuskan untuk mengendarai sepeda motor. Sehingga tidak bingung mencari transportasi selama di sana.
Risikonya, saya mesti berpanas-panasan dan rela menempuh perjalanan puluhan kilometer menembus hutan karet. Hari pertama dan kedua perjalanan silaturahmi saya berjalan lancar. Memasuki hari ketiga barulah terjadi "drama" alias ada kejadian yang membuat emosi jiwa.
Bermula dari keputusan sepihak dari paklik yang niatnya baik tapi tidak meminta persetujuan terlebih dulu. Ceritanya saya pagi-pagi sekali ingin berangkat ke Metro. Karena jarak ke Metro dari Sribawono cukup jauh. Kurang lebih 78 km. Niat saya hanya sebentar saja. Yang penting sudah bertemu. Karena esok pagi saya berniat kembali ke Jakarta.
Tiba-tiba keluarga paklik di Bandar Lampung mengabari, bahwa mereka sedang dalam perjalanan ke Sribawono. Jadi kita diminta menunggu mereka karena akan diajak bareng naik mobil. Saya iyakan demi menghargai niat baik mereka.
Tapi sudah berjam-jam menunggu, mereka belum tiba juga. Saya mulai gusar. Pukul 14.00 WIB mereka baru tiba. Dengan posisi mobil yang dikendarai sudah penuh dengan anak dan menantu.
"Loh, katanya kita mau diajak bareng. Ini mobilnya sudah penuh gitu loh," kata saya.
"Maksud paklik kalian naik mobil yang ada di sini. Ke Metronya  baru bareng-bareng berangkat dua mobil."
"Terus yang nyetir mobil di sini siapa? Wong yang punya mobil sedang pergi."
"Ya, kita tunggu saja kapan dia pulangnya."
Wah, saya sudah mulai emosi nih. Karena di luar rencana dan tanpa kompromi sebelumnya.