Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Suka Duka Mudik Naik Motor Pas Lebaran

4 Mei 2022   04:52 Diperbarui: 4 Mei 2022   05:09 3623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalanan yang sepi dan legang (dokpri)

Melanjutkan cerita mudik saya ke Lampung naik motor. Jadi usai mendarat di Pelabuhan Bakauheni, saya langsung meluncur menuju Bandar Lampung. Ini tujuan pertama saya, mengunjungi adik ibu yang tinggal di sana.

Berhubung turun kapal sudah sore, sekitar pukul 16.30 WIB. Usai mengabadikan momen dengan latar monumen siger,  tidak ada sesi foto-foto lagi selama di jalan menuju Bandar Lampung. Khawatir kemalaman di jalan. Padahal saya ingin sekali foto dengan latar gapura selamat datang di Bandar Lampung.

Saya diberitahu kawan yang di Lampung, kalau turun dari kapal kira-kira sudah habis magrib. Sebaiknya bermalam saja di pelabuhan. Tunggu besok pagi baru melanjutkan perjalanan. Ada beberapa daerah yang termasuk rawan di sana.

Duh, diberitahu seperti itu agak ngeri juga rasa hati ini. Berhubung turun kapal belum jam 5 sore maka lanjut saja. Makanya agak ngebut dan tidak ada foto-foto.

Apalagi jalur yang saya lalui sepi kendaraan besar. Semua sudah lewat jalan tol. Jadi jalan non tol Lampung lebih dominan dilalui para pemotor. Itu pun tidak banyak. Karena sudah lebaran.
Inilah risiko mudik pas lebaran. Asik tapi tegang. Tidak kena macet. Cuma risikonya  jalanan    sepi juga. Jujur ada rasa was-was. Tapi mau bagaimana lagi. Lanjut terus.

Benar-benar tanpa jeda sampai tiba ditujuan sekitar pukul 20.00 WIB. Kurang lebih 3,5 jam melaju terus dengan kecepatan 60-70 km/jam.

Rasanya? Tegang. Banyak berdoa. Khawatir terjadi apa-apa dengan motor yang dikendarai. Karena jalanan benar-benar sepi. Tak banyak dilalui kendaraan. Tak ada warung yang buka. Begitu juga dengan bengkel tambal ban.

Duh, tidak terbayang jika motor yang dikendarai mengalami bocor atau apalah. Jujur. Sebagai pemotor saya lebih senang tidak ada jalan tol. Semua melintasi jalan yang sama. Jadi jalanan ramai terus.

Kalau jalanan ramai, maka sepanjang jalan banyak warung dan bengkel yang buka. Dengan begitu jika ingin beristirahat bisa dimana dan kapan saja. Jika ada masalah dengan motor yang dikendarai pun tidak terlalu khawatir.

Apakah hal tersebut jadi membuat saya kapok untuk mudik naik motor lagi? Tentu tidak. Segala sesuatu pasti ada risikonya. Jadi nikmati saja sambil tetap waspada. (EP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun