Gulai nangka. Salah satu makanan kesukaan saya. Berhubung tidak bisa membuatnya sendiri, jadi kalau ingin makan gulai nangka beli saja di warung nasi Padang.
Untuk itu saya mesti jalan dulu keluar rumah. Warung nasi Padangnya sih tidak jauh dari rumah. Tapi dalam suasana puasa mager ya? Jangankan keluar rumah. Di rumah saja malas mau melakukan aktivitas.
Terkadang terjadi keributan kecil dengan adik gara-gara mager ini.
"Elo sih Mba yang keluar. Gantian. Tadi gue udah belanja ke warung," sungut adik saya.
"Gue males nih. Panas. Lagian gue banyak DL tulisan," dalih saya.
"Ah, dasar Lo. Katanya pengin makan gulai nangka. Tapi males keluar. Ya udah buka yang ada aja di meja."
Begitulah efek mager. Tertunda keinginan hati. Menjelang waktu berbuka, saya menyiapkan makanan yang ada. Tiba-tiba terdengar pintu diketuk.
"Ya, sebentar."
Saya bergegas membuka pintu. Di sana berdiri pak tuo penghuni rumah depan dengan sebuah mangkuk di tangan.
"Ini untuk buka puasa. Saya sendiri yang membuatnya."
"Ya, ampun bapak. Terima kasih banyak ya?" sahut saya.