Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akankah Mendongeng Sebelum Tidur Akan Tergusur oleh Gawai?

23 Maret 2022   12:24 Diperbarui: 23 Maret 2022   12:32 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Didongengkan sebelum tidur itu nikmat sekali. Bisa membuat tidur jadi nyenyak. Perasaan pun terasa damai dan bahagia. Itulah yang saya rasakan tiap kali berangkat keperaduan.

Dulu. Ketika masih kanak-kanak. Bapak saya rajin mendongeng. Pokoknya begitu tiba waktunya tidur saya yang paling dulu naik ke tempat tidur. Mencari posisi yang nyaman. Baru kemudian adik-adik menyusul bersama bapak.


Setelah semuanya sudah merasa nyaman, barulah bapak mulai mendongeng. Kalau bapak sudah mendongeng, saya langsung terbuai dan larut ke dalam dongeng tersebut. Terkadang bapak belum selesai mendongeng saya sudah terlelap.

Esok paginya saya tanyakan kelanjutan dongeng semalam. Kata bapak nanti malam diulang lagi. Tapi adik-adik kerap protes. Ingin mendengar dongeng yang lain. Biasanya bapak menjadi penengah. Menyelesaikan dongeng yang saya lewatkan karena tertidur. Baru kemudian mendongeng yang lain lagi.

Hal tersebut berlangsung cukup lama. Sampai saya menjelang Akil baligh. Sekitar kelas 5 SD. Setelah itu sudah tidak pernah lagi. Meski demikian saya tetap suka dengan dongeng. Namun beralih kebacaan sehari-hari.

Ketika saya membaca buku dongeng yang serupa dengan yang bapak dongengkan dulu, biasanya saya akan berdiskusi dengan bapak. Bertanya tentang perbedaan dongeng tersebut dan lain sebagainya. Bapak dengan sabar menjawab keingintahuan saya.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Hal-hal yang kelihatannya sepele, rupanya berdampak besar bagi saya. Selain pengetahuan saya bertambah lewat dongeng.  Pun terbiasa bertanya dan berdiskusi untuk memuaskan keingintahuan saya.

Momen-momen tersebut melekat erat dalam ingatan saya sampai sekarang. Merasakan kedekatan dengan bapak. Mendapatkan petuah-petuah bijak dari bapak. Merasa ingin cepat-cepat berada di rumah dan ingin bapak segera pulang dari bekerja.

Oleh karenanya saya terapkan kebiasaan tersebut kepada anak-anak. Meski sudah era digital. Sebab merasa banyak manfaatnya. Bisa saja sih anak-anak diperdengarkan dongeng melalui gawai. Namun saya tidak ingin melakukan hal tersebut.

Bukan masalah mendongengnya semata, namun terkait kedekatan dengan anak-anak. Masa kanak-kanak itu sangat singkat sekali. Maka harus diisi dengan momen yang membahagiakan dan berkesan bagi anak-anak terkait orang tuanya. Sebab akan ada masanya anak-anak mulai sibuk dengan gadget dan segala aktivitasnya.

Jika kenangan yang melekat terhadap orang tua baik. Niscaya walau sesibuk apapun si anak, ia akan meluangkan waktu untuk orang tua. Ia juga akan senantiasa mengingat orang tua dalam kondisi bagaimana pun.

Bagi saya mendongeng sebelum tidur tidak akan tergusur oleh gawai. Teknologi boleh saja semakin canggih. Namun kebiasaan-kabiasaan konvensional tak akan hilang begitu saja. Apalagi mengingat manfaatnya sangat banyak. Bagaimana dengan Anda? (EP)

#lastpost

#denikerni

#postblog610

#haridongengsedunia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun