Katanya teman dunia maya itu tidak bisa dipercaya? Ehmmm, tergantung sih. Gimana kitanya. Juga niat kita dalam berteman.
Berdasarkan pengalaman pribadi, saya tidak pernah ada masalah dengan teman yang dikenal melalui dunia maya. Justru beberapa teman yang saya kenal lewat dunia maya menjadi teman sejati. Sudah seperti saudara saja.
Salah satunya teman dari Lampung dan dari Solo. Saya mengenal keduanya melalui pertemanan di Facebook. Awalnya saling melempar komentar di salah satu komunitas yang saya berada di dalamnya. Kemudian saling mengirim pesan karena merasa obrolan kita nyambung.
Teman yang di Lampung bisa klik sebab saya memiliki banyak saudara di sana. Jadi saling bertanya satu sama lain tentang posisi di Lampung. Agar bisa ketemuan jika suatu saat saya ke sana.
Sementara teman yang di Solo bisa klik, sebab ketika itu saya ada rencana liburan ke sana. Jadi perlu beberapa referensi tempat wisata yang bisa dikunjungi. Si teman sangat antusias menceritakan kota tempat tinggalnya.
Pada akhirnya saya memang bisa menjumpai keduanya dalam dunia nyata. Yang di Lampung ketika saya mengunjungi sanak saudara di sana. Saya dan si teman menyempatkan diri untuk bertemu walau sebentar.
Sedangkan teman yang di Solo ketika saya akhirnya liburan ke sana. Saya sempatkan untuk singgah ke rumahnya. Kebetulan teman yang di Solo ini difable. Sehingga tidak bisa keluar rumah untuk ketemuan di suatu tempat.
Sejak pertemuan pertama tersebut komunikasi diantara kami semakin erat. Apalagi sudah mengenal keluarga masing-masing. Bahkan teman di Lampung mengadakan kunjungan balik ke Jakarta. Ketika diantara kami ada acara keluarga semacam pernikahan, teman yang di Lampung dan di Solo tak lupa diundang juga.
Begitu pula sebaliknya. Momen semacam itu menjadi ajang kami untuk bisa berjumpa. Kapan lagi bisa ketemuan kalau enggak pas ada acara? Begitu prinsip kami. Bahkan ketika ada libur panjang, saya dan teman di Lampung merencanakan liburan ke Solo untuk mengunjungi teman yang di sana.
Hal tersebut tanpa sadar berlangsung hampir setiap tahun. Jadilah kami semakin mengenal pribadi masing-masing. Bukankah ada pepatah yang mengatakan, "Jika ingin mengenal pribadi seseorang, lakukan perjalanan bersama. Dari situ akan tampak bagaimana sifat asli orang tersebut."
Meski tidak seratus persen benar. Saya mempercayai pepatah tersebut. Hasilnya memang terbukti menguatkan pertemanan kita. Tak terasa sudah puluhan tahun pertemanan tersebut terjalin. Dari masih sendiri, menikah dan memiliki anak.