Berhenti bekerja, di rumah saja sambil mengurus anak tak pernah terlintas dalam benak saya. Sebagai perempuan yang aktif berkegiatan, senang jalan-jalan pula, hal tersebut ibarat terpenjara tanpa kurungan.
Sungguh. Membayangkannya saja tidak pernah. Tiba-tiba mengalami hal demikian. Itulah takdir. Kita tidak bisa menghindarinya. Tapi harus menghadapinya dengan gagah berani.
Awalnya saya pikir bisalah tetap bekerja sambil mengurus anak. Apalagi pekerjaan saya adalah guru taman kanak-kanak. Atas kebijakan kepala sekolah, memang boleh kok membawa anak selama tidak mengganggu tugas utama. Yakni mengajar anak-anak.
Tiga tahun pertama masih bisalah. Saya mengajar di sekolah dan les privat sambil membawa anak. Ketika ada anak yang kedua, barulah timbul pertentangan batin. Apalagi saya bukan tipe orang yang bisa melepas anak-anak pada orang lain.
Jangankan orang lain yang tak ada hubungan apapun. Terhadap adik atau neneknya pun saya kerap khawatir. Khawatir salah pola asuh dan pola makannya. Buat saya usia keemasan anak-anak harus benar-benar dijaga.
Akhirnya dengan kesadaran penuh, saya pun berhenti mengajar. Usia si kakak yang baru 3 tahun dan si adik yang baru 9 bulan benar-benar butuh perhatian khusus. Jangan sampai mengalami stunting dan kecanduan gadget. Problem yang dihadapi para ibu zaman sekarang.
Namun saya juga tidak ingin terkungkung selama 24 jam hanya untuk mengurus anak dan urusan rumah tangga. Saya ingin tetap aktif, produktif dan mandiri. Artinya tidak kehilangan teman-teman, tetap bisa berkarya dan menghasilkan uang sendiri.
Berikut ini kiat yang saya terapkan agar tetap produktif meski di rumah saja sambil mengurus anak.
1 . Bangun lebih awal
Saya upayakan sebelum azan subuh berkumandang sudah bangun lebih dulu. Dengan demikian banyak hal yang bisa dilakukan sebelum riweh dengan anak-anak.
2 . Menjaga stamina tubuh