Jika dulu nongkrong di kafe terlihat mewah dan istimewa. Sekarang tidak lagi. Sebab kafe-kafe sudah seperti jamur di musim hujan. Banyak dan di mana-mana.
Kalau dulu kan masih jarang dan hanya di tempat-tempat tertentu. Sekarang jarak sekian meter dari tempat tinggal kita sudah bisa menjumpai yang namanya kafe. Bahkan ada beberapa. Tak hanya satu.
Dilansir dari Wikipedia Indonesia, kafe adalah sejenis restoran yang menyajikan kopi dan teh serta makanan ringan. Kalau istilah lainnya kedai kopi. Jadi tempat orang-orang menikmati kopi atau teh sambil membaca dan ngobrol-ngobrol.
Dengan pengertian tersebut, fungsi kedai kopi atau warung bubur kacang hijau (burjo) di sudut-sudut kampung tidak jauh beda. Sama-sama tempat ngopi atau ngeteh sambil ngobrol. Oleh karenanya warung burjo tetap menjadi favorit anak-anak muda  dan para bapak-bapak di sekitar perumahan.
"Kenapa enggak ngopi di kafe sebelah Pak?"
"Halah. Sama saja. Di kafe mah mesti rapi. Di sini cuma koloran dan sendal jepitan tak masalah."
"Di kafe juga enggak masalah toh Pak. Yang penting bayar."
"Memang. Cuma kan jadi diliatin pengunjung lain. Itu yang bikin ngopinya enggak tenang."
Saya senyum-senyum sendiri mendengar percakapan pengunjung warung burjo, tempat saya menikmati semangkuk bubur kacang hijau sambil menunggu hujan reda.
Pagi itu usai berolahraga pagi saya berbelanja sayuran. Ketika hendak keluar dari warung sayur hujan turun dengan derasnya. Daripada menunggu hujan reda sambil berdiri. Saya putuskan untuk masuk ke warung bubur kacang hijau yang berada persis di sebelah warung sayur.
Di sana sudah ada dua anak muda (kisaran usia SLTA) dan bapak-bapak. Nah, mereka ngobrol seperti obrolan di atas. Seru bukan? Ternyata warung burjo tetap favorit sebagai tempat nongkrong. Minuman dan makanannya juga lebih lengkap.