Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Pekerja informal: Dicaci, Dibenci tapi Dicari Juga

2 November 2021   14:02 Diperbarui: 2 November 2021   14:17 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Picture by kompas.com

Sebagai manusia biasa, jujur saja saya pernah merasa sebal terhadap tukang parkir "siluman." Artinya ketika kita datang untuk parkir dia tidak terlihat batang hidungnya. Tapi begitu kita akan pergi, dia muncul dengan tiba-tiba meminta uang parkir. 

Begitu pula terhadap pengamen. Kesal rasanya. Ketika sedang susah payah meninabobokan bocah yang rewel. Eh, tiba-tiba terdengar suara genjrang-genjreng gitar bolong yang membuat si kecil terbangun.  

"Grrrrhh, berisik banget sih. Enggak tahu apa kita lagi pelan-pelan dan hati-hati menidurkan bocah. Eh, dia tanpa dosa membuat gaduh."

Mengumpat sendiri dan dari dalam hati. Sebab saya bukan tipe yang bisa memaki seenaknya mengeluarkan unek-unek. Termasuk terhadap pemulung yang seenaknya saja mengambil barang-barang di halaman rumah. 

Tukang becak yang menyerbu begitu angkot yang kita naiki berhenti. Langsung mengambil barang belanjaan kita. Padahal kita tidak ingin naik becak. Kesal dan sebal sih. 

"Kalau kita mau naik pasti nanti dipanggil. Tak usahlah menyerbu dan berebutan macam itu," pikir saya. Tapi mau bagaimana lagi?

Saya hanya berpikir, mereka sebagian dari pekerja informal yang "nakal." Ada banyak pekerja informal dengan pekerjaan yang sama tapi lurus-lurus saja. Jadi untuk memberi upah seribu atau duaribu kepada mereka, saya sih masalah. 

Saya lebih kepemakluman. Ya, sudahlah. Kadang kita juga butuh mereka. Seperti terhadap pemulung. Meski sebal, kesal terhadap pemulung yang "nakal." Namun sekali waktu saya sengaja mencari mereka ketika sedang bersih-bersih rumah. Saya suruh mereka membawa barang-barang yang sudah tak kami pakai lagi. 

Begitu juga terhadap tukang parkir. Meski kerap kesal terhadap tukang parkir "siluman." Tapi saya juga berterima kasih terhadap tukang parkir yang baik hati. Yang menjaga motor dan helm agar tidak kehujanan. 

Begitulah pekerja informal. Kita caci, kita benci tapi kita cari juga. Kalau kemudian ada wacana untuk meniadakan atau  menertibkan pekerja informal semacam ini. Saya sih kurang setuju. Sebab apa yang mereka lakukan adalah pekerjaan halal. Untuk menghidupi diri bahkan keluarga. 

Diberikan peringatan atau diedukasi melalui layanan pengaduan bisa dijadikan solusi. Sehingga mereka tidak seenaknya saja. Semoga bisa bekerja dari hati. Bukan semata demi mengais rezeki. (EP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun