Stalking. Istilah yang sudah sering kita dengar. Bisa jadi sering pula kita lakukan. Kosa kata bahasa Inggris yang memiliki arti mengutit. Selama ini kata stalking diartikan negatif.
Memang benar sih. Karena stalking biasanya dilakukan tanpa sepengetahuan pemilik akun. Ingin mengetahui aktivitas seseorang tanpa diketahui.Â
Sebenarnya sebal saja kalau aktivitas kita dimata-matai oleh orang yang tidak disukai. Cara terbaik adalah dengan mengunci akun yang dimiliki. Â
Namun seringkali kita tidak bisa asal mengunci akun. Karena berkaitan dengan pekerjaan. Apa boleh buat? Anggap saja stalker (sebutan untuk orang yang suka stalking) itu fans kita.Â
Eg, tapi kalau yang stalking kita orang yang disukai. Tentu lain cerita. Bisa jadi penyemangat diri sekaligus bikin GR kita. Jangan, jangan, jangan...
Terlepas dari sisi menyebalkan dari seorang stalker. Dalam masa pandemi sekarang ini ternyata stalking menjadi semacam kolom berita tak resmi.
Seperti kejadian yang belum lama saya alami. Di status yang saya buat ada seorang kawan yang selalu paling awal melihat status tersebut. Padahal selama ini kami jarang bertegur sapa semenjak ada selisih paham.
Kami tidak saling unfollow atau saling blokir. Walau bagaimana kami pernah berteman dan saling berjasa satu sama lain. Intinya tidak dekat lagi seperti dulu.Â
Tidak pernah mengomentari postingan seperti biasanya. Bahkan saya silent akunnya agar tak muncul di beranda.
Suatu hari saya menulis status. Tapi sampai batas waktunya akan habis si kawan tidak stalking tuh. Begitu terus sampai beberapa hari. Akhirnya saya kepo dong.
Saya cek akun medsos si kawan. Sebenarnya saya malas stalking medsos semacam ini. Tapi karena penasaran sekali. Jadilah saya meluncur ke akun medsosnya.