Melihat maraknya pengguna sepeda, terutama sejak pandemi Covid-19. Ada perasaan senang dengan kondisi tersebut. Artinya minat masyarakat terhadap sepeda meningkat. Terlepas niat masing-masing pengendara sepeda saat beraksi. Setidaknya dengan gencarnya masyarakat yang mengendarai sepeda. Maka tingkat polusi udara sedikit berkurang.
Namun ketika marak berita miring terhadap pesepeda yang disebut arogan, seenaknya sendiri saat mengendarai sepeda, sehingga ada wacana penghapusan jalur sepeda. Rasanya sedih sekali. Padahal yang seenaknya mengendarai sepeda di jalan mungkin hanya segelintir orang. Oknum pesepedalah. Tapi dampaknya dirasakan oleh semua pengguna sepeda.
Kita yang benar-benar taat bersepeda di jalan raya. Mengikuti rambu-rambu lalu lintas jalan. Akhirnya ikut dipandang sebelah mata. Sejak dulu pengguna sepeda memang dianggap rendah. Tidak terlalu dihargai. Namun sejak gencarnya sosialisasi para pegiat sepeda dan komunitas sepeda dalam mengkampanyekan gerakan bersepeda. Akhirnya sepeda mendapat tempat tersendiri. Bahkan mulai diberi jalur khusus.Â
Sayang kelakuan oknum pesepeda merusak reputasi pesepeda. Sedikit mencoreng upaya baik yang dilakukan oleh para pegiat sepeda. Istilahnya baru juga senang sudah ada yang berulah. Lalu bagaimana kita menyikapi hal tersebut? Terutama bagi pesepeda yang menganggap sepeda itu bukan lagi sekadar alat transportasi atau sarana olahraga. Melainkan sudah menjadi bagian dari hidupnya.Â
 1 . Tetap bersepeda dengan riang
Tak peduli orang memandang sebelah mata atau melihat dengan pandangan iba. Tunjukkan bahwa kita merasa happy dan baik-baik saja dalam mengendarai sepeda.
2 . Tetap mentaati peraturan di jalan
3 . Tetap berperilaku santun
4 . Tidak emosional
Meski pengendara lain bersikap seenaknya yang bisa menyulut emosi. Jangan diladeni. Sabar saja selama tidak menggangu secara fisik.
5 . Jangan menyerahÂ