Aisyah, Biarkan Kami Bersaudara adalah film drama tahun 2016. Diproduksi oleh Film One Production. Disutradarai oleh Herwin Novianto. Lima tahun silam. Sudah cukup lama tapi tetap membuat saya menitikkan air mata saat menonton ulang film tersebut.
Saat pertama kali film ini rilis, saya mewajibkan diri sendiri untuk menonton. Apalagi saat itu saya berstatus guru juga. Pas ya?Â
"Iiih, ngepas-ngepasin aja."
Tidak juga. Andai pun tidak berstatus guru tetap saja saya akan menonton film tersebut. Sebab cerita dalam film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara menurut saya sangat bagus. Banyak pesan moral yang disampaikan dalam film ini. Termasuk kritikannya yang membangun.
Selain itu daerah Nusa Tenggara Timur, tepatnya Atambua yang menjadi latar film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara menggugah hati saya untuk mengetahui seperti apa sih daerah sana itu? Selama ini kan hanya mendengar ceritanya saja.Â
"Jauh dan gersang daerah sana  itu."
Begitu kata orang. Kalau pun saya melihatnya dari televisi atau buku paling hanya sekilas saja.
Jadi saya sangat memahami ketika ibunya Aisyah yang diperankan oleh Lidya Kandou keberatan dan tidak mengijinkan Aisyah untuk berangkat ke sana. Meski tujuannya mengajar. Melakukan tugas mulia. Andai saya yang diposisi Aisyah, sudah pasti ibu menjadi orang pertama yang khawatir. Begitulah ibu, selalu mengkhawatirkan anak-anaknya.
Saya menonton film ini menghabiskan tisu satu bungkus. Ikut terbawa perasaan.
"Halah, alasan. Padahal cengeng."
Iya juga sih. Eh, tapi memang sedih kok. Jauh-jauh datang eh muridnya begitu. Enggak ada yang masuk sekolah lagi. Melihat sosok Aisyah mereka ketakutan terus lari. Belum lagi ada anak yang berulah. Mendatangi wali murid yang anaknya berulah sambutannya tidak bagus. Karena  Sama-sama pengajar jadi semacam ada chemistry gitu.