"RIP Bu Mona Lohanda, 16 Januari 2021 pukul 22.30 di RS Sari Asih, Karawaci, Tangerang."
Saya terhenyak begitu membaca pesan masuk yang berisi berita duka tersebut. Antara percaya dan tidak? Sebab tidak mendengar kabar  beliau sakit atau  apa.
Maka saya segera mencari tahu kebenaran berita tersebut. Dan ternyata benar adanya. Ibu Mona Lohanda telah berpulang menghadap Sang Pencinta.
"Selamat jalan Bu Mona Lohanda. Saya merasa kehilangan dan berduka. Terima kasih atas ilmu yang pernah diberikan."
Saya bukanlah mahasiswi bu Mona. Bukan juga rekan kerja atau tergabung dalam tim kegiatan yang diketuai oleh beliau. Namun saya pernah mendapatkan ilmu dari beliau saat mengikuti Bimbingan Teknis Penulisan Sejarah yang diselenggarakan oleh Kemendikbud.Â
Dalam beberapa kegiatan yang terkait sejarah beliau kerap menjadi narasumber juga. Bahkan kerap berdiskusi ketika tanpa sengaja berjumpa dalam sebuah acara. Sehingga sedikit banyak mendapatkan transferan ilmu dari beliau. Maka saat mengetahui berita meninggalnya Bu Mona, saya turut merasakan kehilangan juga.
Tak hanya saya. Rasanya kita semua terutama para pegiat sejarah dan sejarahwan merasakan kehilangan tersebut. Bagaimana tidak? Ibu Mona Lohanda merupakan salah satu sejarahwan terkemuka. Terutama tentang sejarah Batavia dan Komunitas Tionghoa-Indonesia.Â
Ibu Mona Lohanda yang lahir di Tangerang, 4 November 1947 ini pernah menjadi kurator di Arsip Nasional Republik Indonesia. Beberapa penghargaan pun pernah ia terima. Salah satunya penghargaan Kompas, Cendekiawan Berdedikasi 2012 dan Nabi Award 2010 atas kontribusinya terhadap historiografi Indonesia.Â
Baktimu bagi negeri ini telah selesai. Selamat jalan Bu Mona Lohanda. Damailah di sisi-NYA. (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H