Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Lupakan Asas Musyawarah Mufakat Saat Pilih Sekolah untuk Si Anak Baru Gede

11 Januari 2021   15:33 Diperbarui: 11 Januari 2021   15:43 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebahagiaan si keponakan saat mengunjungi almamaternya (dokumen pribadi)

Pilih sekolah ternyata bukan perkara mudah. Apalagi untuk orang lain. Artinya bukan kita atau anak kita yang akan bersekolah di sana. Jadi harus benar-benar mencari sekolah yang tepat dan tidak mengecewakan.

Tentu tidak enak jika dikemudian hari kita disalahkan atas apa-apa yang dialami si anak, begitu ia bersekolah di tempat yang kita pilihkan.

"Tante sih nyuruh aku sekolah di sini. Padahal aku kan maunya sekolah di sana."

Nah, agar tidak disalahkan seperti itu. Ada baiknya musyawarah mufakat terlebih dulu dengan si anak yang akan bersekolah. Jangan hanya dengan orang tuanya saja. Apalagi anak itu si remaja ABG. 

Ini berdasarkan pengalaman saya saat memilihkan sekolah untuk keponakan. Karena kesalahan mamanya saat mengurus data sebelum ujian, nama si keponakan tidak terdaftar di sekolah negeri. Akibatnya mesti mencari sekolah swasta. 

"Duh, Mba. Tolongin dong cari sekolah swasta yang bagus dan terjangkau. Nama anak gue gak terdata di sekolah negeri. Gue salah isi NIK," pinta adik saya dengan nada panik. 

Saya yang dikabari seperti itu tentu saja ngomel tidak karuan. Kok bisa-bisanya melakukan kesalahan fatal begitu. Setelahnya sih ikut pusing mencari sekolah swasta yang sesuai keinginan. Karena sebelumnya tidak terlintas akan sekolah di swasta. 

Berhubung keponakan saya laki-laki jadi agak lebih ekstra dalam memilihkan sekolah. Jangan sampai pulang sekolah tawuran karena sekolahnya bermusuhan dengan sekolah lain.Untuk itu hal pertama yang saya perhatikan adalah lingkungan sekolahnya. Seperti apa dan dimananya? 

Setelah menentukan lokasi, selanjutnya mencari tahu aktivitas sekolah tersebut dari awal sampai jam pulang sekolah. Begitu merasa cocok dan adik saya juga setuju. Langkah selanjutnya adalah membicarakan masalah tersebut pada si anak alias keponakan saya.

Awalnya kami berdebat terlebih dulu. Karena ia mendapat pengaruh dari kawan-kawannya untuk sekolah di tempat yang sama. Setelah diberi pengertian dan gambaran serta diajak melihat sekolahnya secara langsung. Akhirnya ia setuju dengan sekolah pilihan kami.

"Beneran suka? Enggak terpaksa? Jangan bohong. Kalau enggak suka atau enggak mau sekolah di sini, nanti dicarikan sekolah yang lain. Kamu harus happy di sekolah. Bukan karena terpaksa demi menyenangkan orang tua. Karena kamu yang akan menjalani semua. Tiga tahun pula. Bukan sebulan atau dua bulan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun