"Jadi sudah bisa dipastikan nih lebaran jatuh pada hari Minggu?" teriak Gendis. Adik perempuanku yang sangat manis.Â
"Iya, barusan diumumin," sahut Kemal. Kakak lelakiku satu-satunya.
"Asiiik. Berarti satu Minggu setelahnya kita bakal kedatangan tamu istimewa nih. Ayo, Mba Niluh. Siap-siap," ujar Gendis dengan nada menggoda.
"Kok aku dibawa-bawa," sahutku manakala nama ini disebut-sebut.
"Loh, ya kan dirimu yang bakal menjadi tokoh utamanya, Mba."
"Aku?" kataku tak mengerti.
"Ya, ampun. Kamu beneran lupa Mba? Seminggu setelah lebaran ini Kak Bilal dan keluarganya kan akan datang melamarmu."
Aku tersentak.Â
"Ya, ampun. Iya, iya? Aku benar-benar lupa," sahutku.
"Mba, Mba. Gimana sih. Kok bisa lupa? Kebanyakan ibadah sih sampai lupa waktu," celetuk Gendis.
"Hus, Gendis. Jaga ucapanmu," ujar ibu yang sudah ada diantara kami. Aku diam saja tak menanggapi perkataan Gendis. Adikku yang satu ini memang suka ceplas-ceplos kalau bicara.