Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Fenomena Kalap Belanja Makanan Bukti Tipisnya Rasa Empati

2 Mei 2020   20:52 Diperbarui: 2 Mei 2020   21:10 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diawal maraknya berita terkait wabah corona, kita disuguhi juga berita tentang langkanya bahan makanan. 

Orang kalap belanja makanan akibat takut terkena virus Corona. Mereka tidak ingin keluar rumah lagi agar tidak bersentuhan dengan orang lain.

Makanya mereka memborong semua makanan yang ada. Menyetoknya untuk disimpan di lemari es atau lemari makan.

Tidak salah. Uang-uang mereka. Hak mereka mau berbuat apa dengan uang tersebut. Termasuk belanja makanan sampai setinggi gunung.

Namun tidakkah mereka berpikir. Bahwa apa yang mereka lakukan itu sungguh kejam. Memang niat hati untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tapi kalau semua berpikiran sama. Maka yang terjadi adalah kelangkaan bahan makanan. Lha, wong semuanya pada diborong.

Mereka bisa tenang-tenang saja selama di rumah. Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak bisa membeli makanan dalam jumlah banyak? 

Mereka yang hanya bisa membeli satu per satu di toko kelontong dekat rumah. Itu pun jika hari itu ada yang bisa untuk dibelanjakan makanan. Tidakkah memikirkan nasib mereka?

Ketika tak ada uang untuk membeli makanan. Mereka bisa berhutang dulu ke warung terpercaya. Nanti hitung-hitungan setelah ada uang.

Tapi kalau tak ada makanannya? Mau makan apa mereka. Hal inilah yang seharusnya dipikirkan lebih dulu sebelum kalap belanja makanan. Berempatilah.

Jangan memikirkan perut sendiri saja. Tapi juga perut orang lain yang kebutuhan makanannya tak jauh beda dengan kira. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun